Hydro

Selasa, 15 September 2020

Mengenal Herbisida

          Pengendalian gulma dapat dilakukan secara preventif, manual, kultur
teknis, biologi, hayati, terpadu dan kimia dengan menggunakan herbisida.
Pengendalian gulma dengan cara menggunakan herbisida banyak diminati
terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas. Hal tersebut dikarenakan
herbisida lebih efektif membunuh dan mengendalikan gulma tanaman tahunan dan
semak belukar serta meningkatkan hasil panen pada tanaman pokok dibandingkan
dengan penyiangan biasa. Sehingga dalam mengaplikasikan herbisida pada
tanaman budidaya diperlukan pengetahuan tentang klasifikasi herbisida, respon 
morpologi dan biokimia terhadap herbisida.

Pengertian Herbisida
          Herbisida merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan
untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan gulma. Herbisida ini
dapat mempengaruhi satu atau lebih proses-proses (seperti pada proses
pembelahan sel, perkembangan jaringan, pembentukan klorofil, fotosintesis,
respirasi, metabolisme nitrogen, aktivitas enzim & sebagainya).
          Herbisida berasal dari senyawa kimia organik maupun anorganik atau
berasal dari metabolit hasil ekstraksi dari suatu organisme. Herbisida bersifat racun
terhadap gulma atau tumbuhan pengganggu, juga terhadap tanaman. Herbisida
yang diaplikasikan dengan dosis tinggi akan mematikan seluruh bagian tumbuhan.
Namun pada dosis yang lebih rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan
tertentu dan tidak merusak tumbuhan yang lainnya.
Menurut Sukman dan Yakup (1991) terdapat beberapa keuntungan
menggunakan herbisida diantaranya : dapat mengendalikan gulma sebelum
mengganggu tanaman budidaya, dapat mencegah kerusakan perakaran tanaman
yang dibudidayakan, lebih efektif dalam membunuh gulma, dalam dosis rendah
dapat berperan sebagai hormon tumbuh, dan dapat meningkatkan produksi
tanaman budidaya dibandingkan dengan perlakuan pengendalian gulma dengan
cara yang lain. Pemakaian suatu jenis herbisida secara terus menerus akan 
membentuk gulma yang resisten sehingga akan sulit mengendalikannya.

Perbedaan Herbisida Bersadarkan Waktu Tanam Pada Lahan Pertanian.

          Herbisida yang digunakan dalam pengendalian gulma pada lahan pertanian
menurut waktu aplikasinya dibedakan menjadi :
1. Herbisida pra-pengolahan tanah, adalah herbisida yang diaplikasikan
pada lahan sebelum lahan tersebut diolah dan ditumbuhi gulma dengan
tujuan membersihkan lahan sebelum dilakukannya pengolahan tanah,
contohnya adalah herbisida dengan bahan aktif paraquat.
2. Herbisida pra-tanam, adalah herbisida yang diaplikasikan pada lahan
setelah dilakukan pengolahan tanah dan sebelum lahan tersebut
ditanami tanaman budidaya dengan tujuan mengendalikan serta mencegah biji maupun organ perbanyakan vegetatif gulma lainnya yang muncul
berkat proses pembalikan tanah ke permukaan tumbuh di lahan, contohnya

adalah herbisida dengan bahan aktif EPTC dan triazin
3. Herbisida pra-tumbuh, adalah herbisida yang diaplikasikan setelah lahan
ditanami, namun sebelum tanaman dan gulma tumbuh di lahan tersebut
dengan tujuan menekan pertumbuhan gulma yang akan tumbuh bersamaan
dengan tumbuhnya tanaman budidaya, contohnya herbisida dengan bahan
aktif nitralin.
4. Herbisida pasca tumbuh, adalah herbisida yang diaplikasikan pada lahan
setelah tanaman yang dibudidayakan tumbuh di lahan tersebut dengan
tujuan menekan keberadaan gulma setelah tanaman yang dibudidayakan
tumbuh, contohnya adalah herbisida dengan bahan aktif propanil,
glyphosate, dan dalapon.

Berdasarkan cara kerjanya herbisida yang digunakan untuk
mengendalikan gulma secara kimia pada lahan pertanian dibedakan menjadi :

1. Herbisida kontak, herbisida kontak adalah herbisida yang langsung
mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena langsung
(kontak) larutan herbisida, terutama bagian gulma yang berwarna hijau.
Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk
memberantas gulma yang masih hijau, serta gulma yang masih memiliki
sistem perakaran tidak meluas. Salah satu contoh cara kerja herbisida
kontak adalah dengan cara menghasilkan radikal hidrogen peroksida yang
memecahkan membran sel dan merusak seluruh konfigurasi sel. Herbisida
kontak memerlukan dosis dan air pelarut yang lebih besar agar bahan
aktifnya merata ke seluruh permukaan gulma dan diperoleh efek
pengendalian aktifnya yang lebih baik. Bagian gulma yang tidak terkena
langsung oleh herbisida ini tidak akan rusak karena di dalam jaringan
tumbuhan bahan aktif herbisida kontak hampir tidak ada yang
ditranslokasikan ke bagian-bagian gulma lainnya. Jika ada, bahan tersebut ditranslokasikan melalui phloem. Herbisida kontak hanya mematikan
bagian tanaman hidup yang terkena larutan, jadi bagian tanaman dibawah
tanah seperti akar atau akar rimpang tidak terpengaruhi. Keistimewaannya
dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma
sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu
penanaman harus segera dilakukan. Kelemahannya, gulma akan tumbuh
kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian dan bila herbisida ini
tidak menyentuh akar maka proses kerjanya tidak berpengaruh pada gulma.
Contohnya herbisida kontak adalah herbisida yang bahan aktifnya asam
sulfat 70 %, besi sulfat 30 %, tembaga sulfat 40 %, paraquat, gramoxon,
herbatop dan paracol.

2. Herbisida sistemik, herbisida sistemik adalah herbisida yang mematikan
gulma dengan cara bahan aktifnya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau
bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau
sebaliknya. Herbisida ini membutuhkan waktu 1-2 hari untuk membunuh
tanaman pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena tidak langsung
mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara
menganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam
jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun,
titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya. Herbisida sistemik mematikan
gulma dengan menghambat fotosisntesis, seperti herbisida berbahan aktif
triazin dan substitusi urea amida; menghambat pernafasan (respirasi),
seperti herbisida berbahan aktif amitrol dan arsen; menghambat
perkecambahan, seperti herbisida berbahan aktif tiokarbamat dan
karbamat; menghambat pertumbuhan gulma, seperti herbisida berbahan
aktif 2, 4 D, dicamba, dan picloram. Beberapa faktor yang mempengaruhi
efektivitas herbisida sistemik adalah keadaan gulma dalam masa tumbuh
aktif, cuaca yang cerah serta tidak berangin pada saat penyemprotan, tidak
melakukan penyemprotan pada saat menjelang hujan, areal yang akan
disemprot dikeringkan terlebih dahulu, gunakan air bersih sebagai bahan
pelarut. Keistimewaan dari herbisida sistemik ini yaitu dapat mematikan
tunas-tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Efek terjadinya hampir sama merata ke seluruh bagian
gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran. Dengan demikian, proses
pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi
pengendalian dapat lebih lama (panjang). Penggunaan herbisida sistemik
ini secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya
aplikasi. Herbisida sistemik dapat digunakan pada semua jenis alat
semprot, termasuk sistem ULV (Micron Herbi), karena penyebaran bahan
aktif ke seluruh gulma memerlukan sedikit pelarut.


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi selektivitas suatu herbisida yakni
faktor fisik dan faktor biologi atau hayati.
a. Faktor-fisik yang mempengaruhi selektivitas yaitu semua faktor yang
dapat mempengaruhi kontak antara herbisida yang diaplikasikan dengan
permukaan gulma yang akan dikendalikan serta retensi atau pengikatan
herbisida tersebut pada permukaan. Supaya efektif dalam
mengendalikan gulma, maka herbisida yang diaplikasikan harus tetap
kontak atau melekat atau berada pada tumbuhan sasaran atau gulma dan
bertahan dalam waktu yang cukup lama serta dalam jumlah yang dapat
mematikan gulma tersebut. Selektivitas ini dipengaruhi oleh dosis dan
formulasi herbisida. Jumlah atau dosis herbisida yang diaplikasikan dan
dapatdiserap oleh gulma akan menentukan selektivitas herbisida
tersebut. Semua jenis herbisida bersifat tidak selektif apabila
diaplikasikan dengan dosis yang tinggi. Formulasi herbisida, misalnya
adanya perekat atau tidak, akan menentukan jumlah herbisida yang
mampu melekat pada permukaan gulma (Sjahril dan Syam’un, 2011).

b. Faktor biologi yang menentukan selektivitas herbisida berkaitan dengan
sifat morfologi, fisiologi, dan metabolisme tumbuhan. Permukaan daun
yang berlilin, halus, atau berambut lebat akan lebih sulit terbasahi oleh
herbisida yang diaplikasikan dengan pelarut air bila dibandingkan
dengan permukaan yang tidak berlilin atau berambut. Posisi daun yang
tegak juga akan menampung lebih sedikit herbisida yang diaplikasikan
dibandingkan daun yang posisinya horisontal atau datar. Herbisida yang
telah masuk dalam sel, sebagian ada yang tidak mobil dan yang lainnya
dapat ditranslokasikan ke sel-sel lainnya. Sifat mobilitas herbisida
dalam sel ini juga memiliki kontribusi terhadap selektivitas herbisida.
Selektivitas antar spesies tumbuhan dapat pula disebabkan karena
tumbuhan tertentu mampu mendetoksifikasi (membuat tidak beracun)
herbisida yang diaplikasikan dibandingkan spesies lainnya.

Jumat, 04 September 2020

Privat polis blog

Privacy Policy for Kios Pasha Tani



At Kios Pasha Tani, accessible from pashatani.blogspot.com, one of our main priorities is the privacy of our visitors. This Privacy Policy document contains types of information that is collected and recorded by Kios Pasha Tani and how we use it.

If you have additional questions or require more information about our Privacy Policy, do not hesitate to contact us.

Log Files



Kios Pasha Tani follows a standard procedure of using log files. These files log visitors when they visit websites. All hosting companies do this and a part of hosting services' analytics. The information collected by log files include internet protocol (IP) addresses, browser type, Internet Service Provider (ISP), date and time stamp, referring/exit pages, and possibly the number of clicks. These are not linked to any information that is personally identifiable. The purpose of the information is for analyzing trends, administering the site, tracking users' movement on the website, and gathering demographic information. Our Privacy Policy was created with the help of the Privacy Policy Generator and the Privacy Policy Generator.


Google DoubleClick DART Cookie



Google is one of a third-party vendor on our site. It also uses cookies, known as DART cookies, to serve ads to our site visitors based upon their visit to www.website.com and other sites on the internet. However, visitors may choose to decline the use of DART cookies by visiting the Google ad and content network Privacy Policy at the following URL – https://policies.google.com/technologies/ads

Our Advertising Partners



Some of advertisers on our site may use cookies and web beacons. Our advertising partners are listed below. Each of our advertising partners has their own Privacy Policy for their policies on user data. For easier access, we hyperlinked to their Privacy Policies below.


       

  •         Google
            https://policies.google.com/technologies/ads
       


    Privacy Policies



    You may consult this list to find the Privacy Policy for each of the advertising partners of Kios Pasha Tani.

    Third-party ad servers or ad networks uses technologies like cookies, JavaScript, or Web Beacons that are used in their respective advertisements and links that appear on Kios Pasha Tani, which are sent directly to users' browser. They automatically receive your IP address when this occurs. These technologies are used to measure the effectiveness of their advertising campaigns and/or to personalize the advertising content that you see on websites that you visit.

    Note that Kios Pasha Tani has no access to or control over these cookies that are used by third-party advertisers.

    Third Party Privacy Policies



    Kios Pasha Tani's Privacy Policy does not apply to other advertisers or websites. Thus, we are advising you to consult the respective Privacy Policies of these third-party ad servers for more detailed information. It may include their practices and instructions about how to opt-out of certain options.

    You can choose to disable cookies through your individual browser options. To know more detailed information about cookie management with specific web browsers, it can be found at the browsers' respective websites. What Are Cookies?

    Children's Information



    Another part of our priority is adding protection for children while using the internet. We encourage parents and guardians to observe, participate in, and/or monitor and guide their online activity.

    Kios Pasha Tani does not knowingly collect any Personal Identifiable Information from children under the age of 13. If you think that your child provided this kind of information on our website, we strongly encourage you to contact us immediately and we will do our best efforts to promptly remove such information from our records.

    Online Privacy Policy Only



    This Privacy Policy applies only to our online activities and is valid for visitors to our website with regards to the information that they shared and/or collect in Kios Pasha Tani. This policy is not applicable to any information collected offline or via channels other than this website.

    Consent



    By using our website, you hereby consent to our Privacy Policy and agree to its Terms and Conditions.

    Kamis, 03 September 2020

    Dapatkan Aplikasi Gratis

    Daptkan apliaksi gratis di

    https://play.google.com/apps/test/com.wKiosPashaTani_12064917/1555268537

    Atau

    https://play.google.com/store/apps/dev?id=6679222519857869825


































































    Minggu, 08 Maret 2020

    Cara Meningkatkan Hasil Padi versi 1

    Cara meningkatkan hasil padi tidak hanya tergantung dari satu faktor. Namun demikian dari berbagai cara yang tercantum dalam Panca Usaha Tani, kita harus mencoba dan mencoba satu persatu dengan merubah pola perawatan kita terhadap padi.

    Berikut adalah salah satu cara yang perlu pembaca coba.
    Mengingat lahan dan tempat yang tidak sama, maka perlakuan penyemaian, olah lahan, pemupukan dan pengairan lakukan seperti kebiasaan dilokasi pembaca masing-masing. Selain itu yang perlu ditambahkan dan patut dicoba adalah pemberian nutrisi lengkap mulai dari awal tanam. Perkara merk nutrisi silahkan memilih sendiri. Nutrisi yang diperlukan pasca tanam adalah magnesium, calsium, boron serta silika.
    Nutrisi tersebut membantu tanaman agar kuat terhadap serangan penyakit dan mempecepat proses pertumbuhan.
    Seyogyanya nutrisi yang kita gunakan dalam bentuk nitrat. Mengapa demikian? Hal ini bertujuan agar nutrisi tersebut dapat dispray dan mudah terserap oleh tanaman.
    Jika perlu kita dapat menambahkan Hormon sesuai kondisi tanaman dan tujuan kita memberikannya.
    Nutrisi tersebut dapat kita spray mulai dari umur 7-40hst.
    Saat memasuki masa primodial spray nutrisi makro (unsur magnesium, Phospat dan Kalium), fungisida untuk mencegah hawar daun, blast serta insektisida sistemik atau yang lain (contoh: metil tiofanat) untuk mengurangi serangan beluk.
    Setelah malai keluar kita dapat mengulangi spray tanaman dengan nutrisi Makro (unsur Phospat, kalium dan magnesium) dan fungisida yang bahan aktifnya tidak sama dengan fungisida saat masa primodial. Saran penulis, dapat mengunakan bahan aktif combo, contoh azoksitrobin dan defenokonazol atau trifloksistrobin dan tebukonazol.
    Jika daun bendera masih segar... 7-10 hari menjelang panen, Kita bisa mengulangi spray nutrisi unsur Magnesium, kalium dan phospat.

    Selamat mencoba!
    Menjelang

    Senin, 24 Februari 2020

    Nitrate (NO3-) versus ammonium (NH4+)

    Nitrate (NO3-) versus ammonium (NH4+)

    Terdapat tiga sumber nitrogen dalam pertanian urea, ammonium, dan nitrat. oksidasi biologis yang merubah ammonium menjadi nitrat dikenal sebagai nitrifikasi. Konversi amonium menjadi nitrat dilakukan terutama oleh bakteri yang hidup di dalam tanah dan bakteri nitrifikasi lainnya. Tahap utama nitrifikasi, bakteri nitrifikasi seperti spesies Nitrosomonas mengoksidasi amonium (NH4 +) dan mengubah amonia menjadi nitrit (NO2-). Spesies bakteri lain, seperti Nitrobacter, bertanggung jawab untuk oksidasi nitrit menjadi dari nitrat (NO3-). Proses konversi nitrit menjadi nitrat sangat penting karena nitrit merupakan racun bagi kehidupan tanaman.

    Proses nitrifikasi bisa ditulis dengan reaksi berikut ini :

        NH3 + CO2 + 1.5 O2 + Nitrosomonas → NO2– + H2O + H+
        NO2– + CO2 + 0.5 O2 + Nitrobacter → NO3–
        NH3 + O2 → NO2− + 3H+ + 2e−
        NO2− + H2O → NO3− + 2H+ + 2e

    Tingkat konversi nitrogen tergantung pada kondisi pada tanah dan bakteri nitrifikasi. Nitrifikasi NH4+ ke NO3 sebaiknya terjadi di bawah kondisi berikut:

         Terdapat bakteri nitrifikasi.
         Suhu tanah > 20 ° C
         PH tanah 5,5-7,5.
         kelembaban tanah dan kadar oksigen optimal.

    Keuntungan Pupuk yang mempunyai kadar nitart lebih dari ammonium

    Nitrat merupakan sumber nitrogen yang disukai:

         1.Non-volatile: tidak seperti amonium, nitrat adalah non-volatile, sehingga tidak perlu untuk melalui proses penguraian nitrogen sehingga dapat langsung diserap oleh akar lain halnya dengan ammonium dan urea.
         2. Nitrat "mempromosikan" penyerapan unsur hara lainnya seperti contoh kation K, Ca, dan Mg, sedangkan ammonium bersaing untuk penyerapan dengan kation tersebut.
         3. Ph tidak akan menjadi asam bila semua nitrogen berasal dari nitrat
         4. Nitrat membatasi penyerapan usur - unsur berbahaya atau toksik bagi tanaman seperti klorida.
         5. Konversi nitrat menjadi asam amino terjadi di daun yang di dukung oleh energi surya, yang membuatnya lebih efisien. bila ammonium harus diubah menjadi senyawa N organik di akar. proses ini dibantu oleh karbohidrat yang mengorbankan kouta pertumbuhan bagian lain sebagai contoh perkembangan dan pembuahan.

    Dengan menggunakan nitrat efisiensi penyerapan akan lebih tinggi, dibandingkan dengan pemupukan amonium, hal ini dibuktikan oleh ditunjukkan oleh LEGAZ et al (1996). Mereka menemukan bahwa efisiensi tertinggi dalam penyerapan N (berlabel isotop N-15) di pohon jeruk yang mana menggunakan jenis pupuk (KNO3, amonium sulfat), hal ini diterapkan pada media berpasir dan tanah liat, dan diukur selama periode enam bulan, yang hasil akhirnya lebih baik diperoleh dengan pupuk nitrat. hasil yang diperoleh dengan media berpasir efisiensi penyerapan nitrat mencapai angka 60% dengan menggunakan pupuk pottasium nitrat, dan hanya 40% efisiensi N-uptake ketika menggunakan pupuk ammonium sulfat.

    rasio nitrat / amonium optimal dalam hidroponik

    dalam hidroponik pada larutan kadar NH4 biasanya berada pada range 5 - 10% dan sangat jarang bila melebihi 15%. untuk mawar NH4 membutuhkan 25% dari total N, namun untuk melon pada masa pembuahan tidak diperlukan ammonium sama sekali alias 0%. penambahan ammonium sejatinya untuk mengatur ph pada lingkungan akar dan larutan nutrisi. Penambahan NH4 + menurunkan pH dalam lingkungan akar, karena aktivasi dari kation (NH4 +) serapan dan pengurangan anion (NO3) serapan. Ketika NH4 + diambil, tanaman melepaskan H+ untuk menjaga netralitas konduktivitas listrik, yang menyebabkan pH rendah dalam lingkungan akar. Tingkat pH optimal dalam solusi substrat berkisar antara 5 sampai 6 untuk hampir semua tanaman (Sonneveld dan Voogt, 2009). efek lainnya adalah tanaman akan mengalami tip burn sebagaimana dilampirkan di gambar

    Sumber : http://www.kno3.org dan eksperimen hyseed farm

    Mengenal Pupuk Beserta Karakter dan Sifatnya

    Saat ini pupuk kimia / anorganik yang tersedia lumayan banyak jenisnya, terkadang kita sebagai petani kurang memperhatikan susunan kimianya yang tertera dikemasannya, sehingga agar efektif dan efisien (penggunaan pupuk tersebut) maka petani dituntut untuk memahami karakter dan sifat-sifat jenis pupuk kimia tersebut dengan membaca susunan kimianya yang tertera dikemasannya.

    Langsung saja ya bro...
    Berikut beberapa jenis pupuk kimia yang terkenal di kalangan petani

    1. Pupuk Urea (Amonium Carbamide)


    pupuk urea dari Pupuk Sriwijaya
    Penjelasan:
    Rumus kimia CO(NH2)2
    Pupuk Urea ialah jenis pupuk kimia yang diproduksi dari percampuran gas amoniak (NH3) dan gas asam arang (CO2).
    Pupuk Urea mengandung 46% N. Jadi tiap 100 kg pupuk Urea mengandung 46 kg Nitrogen.
    Pupuk Urea berbentuk kristal, warnanya beragam antara lain putih dan merah muda (bersubsidi).
    Sifat-sifat:
    Pupuk Urea bersifat higroskopis, sehingga pupuk urea ini gampang larut dalam air dan gampang diserap akar tanaman.
    Reaksinya sedikit asam.
    Selain gampang tercuci oleh air, juga gampang terbakar oleh sinar matahari.


    2. Pupuk KCl (Kalium Klorida)


    Jenis Pupuk Kimia KCl
    Penjelasan:
    Rumus kimia KCl
    Pupuk KCl ialah jenis pupuk kimia yang diproduksi dari ekstraksi mineral Kalium.
    Pupuk KCl mengandung 60% K dalam bentuk K2O.
    Pupuk KCl berbentuk bubuk atau serbuk, warnanya merah.
    Sifat-sifat:
    Bersifat higroskopis, gampang larut dalam air dan gampang diserap akar tanaman.
    Reaksinya netral sampai asam.
    Unsur kloridanya bersifat toksik (racun) bagi tanaman tertentu seperti wortel dan kentang.
    bisa dipakai sebagai pupuk dasar atau pupuk susulan.

    3. Pupuk ZA (Zwavelzure Amonium)
    Pupuk ZA


    Pupuk ZA dari PT Petrokimia Gresik
    Penjelasan:
    Rumus kimia (NH4)2SO4
    Pupuk ZA ialah pupuk yang diproduksi dari asam belerang (S) dan gas amonium (NH4+) sehingga disebut juga pupuk Amonium Sulfat.
    Pupuk ZA mengandung 21% unsur hara makro N (nitrogen) sebagai kation amonium, dan 24 % unsur hara makro sekunder S (sulfur) sebagai anion sulfat. Jadi tiap 100 kg pupuk ZA mengandung 21 kg Nitrogen dan 24% Sulfur.
    Pupuk ZA berbentuk kristal, warnanya beragam antara lain putih, merah muda, abu-abu, biru, ke abu-abuan dan kuning.
    Sifat-sifat:
    Pupuk ZA bersifat higroskopis (gampang menyerap uap air), terutama pada kelembapan 80 % atau lebih, sehingga gampang larut dalam air dan gampang diserap akar tanaman.
    Reaksinya asam, sehingga kurang baik jika diberikan pada tanah muda (karena rata-rata tanah muda masih asam), atau tanah yang kurang mengandung kalsium (alkali).
    Reaksi kerjanya agak lambat, sehigga cocok apabila dipakai sebagai pupuk dasar.

    4. Pupuk ZK (Zwavelzure Kali)


    Pupuk zk
    Penjelasan:
    Rumus kimia K2SO4
    Pupuk ZK ialah jenis pupuk kimia yang diproduksi dari asam belerang dan kalium, sehingga disebut juga pupuk Kalium Sulfat.
    Pupuk ZK mengandung 50% unsur hara makro K dalam bentuk K2O dan 17 % unsur hara makro sekunder S (sulfur). Jadi tiap 100 kg pupuk ZK mengandung 50 kg Kalium (K) dan 17 kg Sulfur (S).
    Pupuk ZK berbentuk butiran kecil atau serbuk, warnanya putih.
    Kadar klorida maksimal 2,5 %, kadar air maksimal 1%.
    Sifat-sifat:
    Pupuk ZK bersifat tidak higroskopis, sehingga bisa disimpan lama walau kelembapan udara tinggi.
    gampang larut dalam air, dan reaksinya netral sampai asam.
    Sumber unsur kalium dengan kadar tinggi, khususnya untuk tanaman yang sensitif terhadap keracunan Klorida, seperti wortel dan kentang. Gunakan ZK, jangan KCl agar tanaman wortel dan kentang anda tidak keracunan unsur klorida.
    bisa dipakai sebagai pupuk dasar atau pupuk susulan.

    5. Pupuk SP36 (Super Phospate)


    pupuk SUPER FOSFAT SP-36
    Penjelasan:
    Rumus kimia P2O5
    Pupuk SP36 ialah pupuk yang diproduksi  dari asam sulfat (belerang) dan fosfat alam.
    Pupuk SP36 mengandung 36% P dalam bentuk P2O5 (fosfat). Jadi tiap 100 kg pupuk SP36 mengandung 36 kg Fosfor (P).
    Kadar P2O5 larut dalam air minimal 30 %.
    Kadar air maksimal 5 %.
    Pupuk SP36 berbentuk butiran besar, warnanya abu-abu.
    Sifat-sifat:
    SP36 bersifat tidak higroskopis, sehingga bisa disimpan lama walau kelembapan udara tinggi.
    Reaksi kimianya tergolong netral.
    Walau sifatnya gampang larut dalam air namun reaksinya lambat, sehingga sangat cocok dipakai untuk pupuk dasar pada tanaman semusim.
    Mudah terbakar oleh sinar matahari.

    6. Pupuk NPK PHONSKA (Nitrogen Phospate Kalium)


    Jenis Pupuk Kimia NPK
    Penjelasan:
    Rumus kimia NPK
    NPK Phonska berfungsi sebagai pupuk majemuk yang mengandung 15% Nitrogen (N), 15% Fosfat (P2O5) dan 15 Kalium (K2O) serta 10% Sulfur (S).
    Kadar air maksimal 2%.
    Bentuknya butiran dan bewarna merah muda.
    Sifat-sifat:
    Bersifat higroskopis (gampang menyerap uap air), sehingga gampang larut dalam air dan gampang diserap akar tanaman.
    Reaksi kimianya netral, sehingga bisa diaplikasikan pada berbagai jenis tanah.
    bisa dipakai sebagai pupuk dasar (disebar di dasar bedengan) atau pupuk susulan (kocor atau tugal)

    7. Dolomite (Kapur Karbonat)


    Jenis Pupuk Kimia dolomit
    Penjelasan:
    Rumus kimia (CaMg(CO3)2)
    Dolomit (kapur pertanian) berfungsi sebagai penyedia unsur hara makro sekunder Ca dan Mg, dimana dolomit mengandung 45,6% MgCO3 dan 54,3% CaCO3 atau 21,9% MgO dan 30,4% CaO.
    Bentuknya butiran kasar sampai butiran halus/bubuk, dan bewarna putih ke abu-abuan atau putih kebiru-biruan.
    Sifat-sifat:
    Dolomit bersifat higroskopis, sehingga gampang menyerap air dan gampang dihancurkan.
    Reaksi kimianya basa (alkali), yaitu menaikkan pH tanah.
    Semakin halus butirannya, maka semakin baik kualitasnya.
    Penutup
    Trimakasih dan apabila ada penulisan yang salah, mohon maaf yang sebesar-besarnya Terimakasih.

    Selasa, 16 April 2019

    Perekat Pupuk Daun

    Perekat

    Air yang disemprotkan keudara dengan tekanan tinggi akan mengikat oksigen.
    Kalau pupuk daun / foliar fertilizer jika disemprotkan keudara apakah juga berlaku demikian?

    Larutan pupuk yg keluar dari nozle, berupa butiran-butiran kecil. Besar kecilnya Butiran tersebut tergantung dari setelan nozle yg kita gunakan.
    Butiran air akan mengikat oksigen diudara (unsur pupuk gratis.. Hehehehe) kemudian turun dan menempel pada daun.
    Semakin kecil keluaran butiran airnya, semakin merata yang menempel pada daun.
     Jika daun tanaman masih ber embun, maka butiran larutan pupuk yg keluar dari nozle tidak langsung jatuh pada permukaan daun, tetapi mengenai air embun yang terdapat pada daun. Air embun memilki tegangan air sendiri , yg jika tertimpa butiran air yang telah disemprotan tadi maka sebagian air embun jatuh  sehingga Foliar Fertilizer yg kita berikan tidak terserap daun secara merata.

    Fungsi perekat yg kita berikan pada larutan tadi adalah sebagai surfaktan agar tegangan air embun pada daun terikat dan pupuk daun dapat mengenai stomata daun secara merata.

    Bahan yg dapat bertugas sebagai surfaktan (mengikat air dan minyak) ada banyak dipasaran. Tergantung kita mau memilih yg mana.

    Jika kita membuat perekat sendiri, usahakan bahan yg kita gunakan dapat berfungsi sebagai surfaktan.

    Sekian dulu.... Jika ada tulisan yg salah, mohon dikoreksi dan dibenarkan.
    Salam Tani dari Pasha Tani.

    Kamis, 11 April 2019

    Arti Kode Formulasi Obat Pertanian

    Kepanjangan kode Formulasi Pestisida.

    1.  EC. (Emulsifiable Concentrate) adalah
         Formulasi berbentuk pekatan yg dapat
         diemulsikan. Bahan aktif Pestisida dkk
         yang hanya larut dalam minyak,
         ditambahkan bahan emulsi (pencampur
         minyak) oleh produsen, agar bahan aktif
         tersebut juga bisa larut pada air.
         Formulasi EC akan membentuk larutan
         seperti susu saat dicampur dengan air,
         bersifat stabil sehingga tidak perlu
         sering diaduk dalam penggunaannya.

    2.  SC ( Suspension Concentrate) WSC ( Water Soluble Concentrate) kedua jenis ini hampir mirip dengan EC, perbedaanya SC / WSC menggunakan Solvent, sehingga saat dicampur air tidak membentuk emulsi ( putih susu) melainkan membentuk suspensi.


    3. SL ( Soluble Liquid dan Liquid) adalah formulasi berbentuk pekatan yang dapat larut dengan air. Saat dicampur dengan air maka larutan hanya bening saja atau tidak berwarna seperti putih susu.


    4. WP ( Werrable Powder ) adalah formulasi berbentuk tepung dgn ukuran partikel yg sangat kecil, jika tercampur air memiliki ciri formulasi seperti menyebar, dan memerlukan pengadukan yg cukup.


    5. SP ( Soluble Powder) adalah formulasi berbentuk tepung yg jika dicampur air akan membentuk larutan yang Homogen, formulasi tidak menyebar seperti WP.


    6. OD  adalah formulasi berbentuk larutan minyak.


    Maaf baru bisa menulis 6 singkatan...
    Bersambung aja ya?
    Hehehehe

    Rabu, 03 April 2019

    Pestisida Alami

    Pestisida alami pada kalangan petani lebih dikenal dengan PESNAB, atau singkatan dari pestisida nabati. Pestisida Hewani memang kurang booming dibanding pestisida nabati. Ada pula pestisida fotosintetik.

    Menurut penulis sendiri, pestisida Alami adalah pestisida yang dibuat dari bahan alam skitar kita tanpa menggunakan bahan kimia sintesis atau bahan kimia yang cara membuatnya tidak bisa dibuat secara manual dari bahan alam skitar. Nah... Kog gitu ya?
    Itu baru menurut penulis pribadi, kebenaraanya bisa ditanyakan pada petugas yang berwenang dibagian tersebut. 

    Pestisida Alami sebetulnya ada beberapa jenis tergantung dari bahan dari apakah pestisida tersebut dibuat.

    Yang Pertama adalah Pestisida Nabati (PESNAB).

    Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya adalah tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan bahan dan teknologi yang sederhana. Bahan bakunya yang alami/nabati membuat pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan. Pestisida ini juga relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang.

    Pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” (hit and run), saat diaplikasikan,  akan membunuh hama saat itu juga dan setelah hamanya mati, residunya akan hilang di alam. Dengan demikian produk terbebas dari residu pestisda  sehingga aman dikonsumsi manusia. Pestisida nabati menjadi alternatif pengendalian hama yang aman dibanding pestisida sintetis. Penggunaan pestisida nabati memberikan keuntungan ganda, selain menghasilkan produk yang aman, lingkungan juga tidak tercemar.

    Pestisida organik ini mampu mengatasi dan mengusir hama perusak tanaman pertanian dan perkebunan umumnya seperti kutu, ulat, belalang dan sebagainya

    Manfaat dan Keunggulan

    Beberapa manfaat dan keunggulan pestisida alami, antara lain:

        Mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan (ramah lingkungan).
        Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang.
        Dapat membunuh hama/penyakit seperti ekstrak dari daun pepaya, tembakau, biji mahoni, dsb.
        Dapat sebagai pengumpul atau perangkap hama tanaman: tanaman orok-orok, kotoran ayam.
        Bahan yang digunakan nilainya murah serta tidak sulit dijumpai dari sumberdaya yang ada di sekitar dan bisa dibuat sendiri.
        Mengatasi kesulitan ketersediaan dan mahalnya harga obat-obatan pertanian khususnya pestisida sintetis/kimiawi.
        Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis. Penggunaan dalam dosis tinggi sekalipun, tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati.
        Tidak menimbulkan kekebalan pada serangga.

    Bahan-Bahan Pestisida Nabati

    Bahan-bahan atau ramuan yang dapat digunakan untuk pembuatan pestisida nabati sangat banyak disekitar kita, diantaranya : bawang putih, pandan, kemangi, cabe rawit, tembakau, kunyit, kenikir, daun nimba, serai, lengkuas, daun sirsak, rimpang jariangau,

    Ramuan Untuk Mengendalikan Serangga

    Contoh-contoh ramuan pestisida nabati berikut digunakan untuk mengendalikan hama belalang, wereng coklat, walang sangit, kutu, ulat, aplhid, dan trips pada sayuran dan tanaman lainnya.

    1.   Ramuan untuk mengendalikan hama secara umum:

        Daun nimba                                   8 kg
        Lengkuas                                        6 kg
        Serai                                                6 kg
        Deterjen atau sabun colek        20 g
        Air                                                  20 L

    Cara membuat:

    Daun nimba, lengkuas, dan serai di tumbuk atau dihaluskan. Seluruh bahan diaduk merata dalam 20 L air lalu direndam sehari semalam (24 jam). Keesokan harinya ramuan disaring menggunakan kain halus. Larutan hasil penyaringan diencerkan kembali dengan 60 L air. Larutan sebanyak itu dapat digunakan untuk lahan seluas 1 ha.

    Penggunaan/Aplikasi:

    Semprotkan larutan pestisida nabati yang telah dibuat tersebut pada tanaman yang akan dilindungi dari serangan serangga/hama.

    2.  Ramuan untuk mengendalikan wereng cokelat:

       Daun sirsak                             satu genggam
       Rimpang jeringau                  satu  genggam
       Bawang putih                         20 siung
       Deterjen atau sabun colek   20 g
       Air                                             20 L

    Cara membuat:

    Daun sirsak, rimpang jerangau, dan bawang putih ditumbuk atau dihaluskan. Seluruh bahan dicampur dengan deterjen kemudian direndam dalam 20 L air selama 2 hari. Keesokan harinya larutan bahan disaring dengan kain halus. Setiap 1 L hasil saringan dapat diencerkan dengan 10-15 L air. Larutan pestisida nabati ini siap digunakan untuk mengendalikan hama wereng coklat.

    Penggunaan/Aplikasi:

    Semprotkan ketanaman yang terserang hama atau dibagian bawah daun tempat biasanya hama.

    3.   Ramuan untuk mengendalikan hama trips pada cabai:

        Daun sirsak                            50-100 lembar
        Deterjen atau sabun colek  15 g
        Air                                              5 L

    Cara membuat:

    Daun sirsak ditumbuk halus dicampur dengan 5 L air dan diendapkan semalam. Keesok harinya larutan disaring dengan kain harus. Setiap 1 L larutan hasil saringan diencerkan dengan 10-15 L air.

    Penggunaan/Aplikasi:

    Semprotkan cairan tersebut ke seluruh bagian tanaman cabai, kususnya yang ada hamanya.

    4.  Pembuatan Pestisida Alami dari Daun Pepaya:

    Cara pembuatan:

        Mengumpulkan kurang lebih 1 kg daun pepaya (sekitar 1 tas plastik besar/ 1 ember besar).
        Menumbuk daun pepaya hingga halus.
        Hasil tumbukan/rajangan direndam di dalam dalam 10 liter air kemudian ditambahkan 2 sendok makan minyak tanah dan 30 gr detergen. Hasil campuran, didiamkan semalam.
        Menyaring larutan hasil perendaman dengan kain halus.

    Penggunaan/Aplikasi: semprotkan larutan ke tanaman.

    Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan cepat. Pestisida alami harus menjadi bagian dari sistem pengendalian hama terpadu, dan hanya digunakan bila diperlukan (tidak digunakan jika tidak terdapat hama yang merusak tanaman).

    Yang kedua adalah Pestisida Hewani.


    Pestisida hewani tidak sepopuler pestisida nabati,  bagi para peternak sapi dapat memanfaatkan urin sapi nya untuk dibuat pestisida hewani khususnya untuk pengaplikasian hama penyakit padi.

    BAGAIMANA CARA MEMANFAATKANNYA

    Pengaplikasian urin sapi dapat dilakukan secara tunggal maupun secara majemuk yaitu dicampur dengan bahan ramuan pestisida nabati.

    RAMUAN 1.  TUNGGAL

    Pestisida ini diaplikasikan dalam bentuk tunggal.

    Sebelum di gunakan , urin sapi tersebut harus diendapkan terlebih dahulu dalam bak terbuka selama 2 minggu agar terkena sinar matahari.  Setelah itu urin sapi diencerkan dengan 6 bagian air.  Selanjutnya, larutan urin sapi ini dapat digunakan untuk pengendalian penyakit  BERCAK  COKLAT  dan  BLAST  (penyakit pada tanaman padi gogo yang disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae,  daun tampak berbecak seperti belah ketupat).

    RAMUAN 2 . MAJEMUK

    Pestisida hewani ini dibuat dengan bahan urin sapi yang dicampur dengan bahan ramuan pestisida nabati.

    Bahannya : – urin sapi 2 liter,  daun mimba 1 genggam,  daun tembakau 1 genggam,  kunyit 1 genggam dan air 12 liter.

    Cara pembuatannya : daun mimba, daun tembakau dan kunyit dihaluskan kemudian ditambahkan dengan air 12 liter dan didiamkan selama 14 hari.  Selanjutnya air rendaman ramuan disaring dan dicampur dengan 2 liter urin sapi.   Sebelum digunakan urin sapi sudah diendapkan terlebih dahulu selama 14 hari.  Maka jadilah pestisida hewani ini.  Cara pemakaiannya di semprotkan ke tanaman padi yang terserang penyakit TUNGRO  atau  BERCAK COKLAT  tanpa harus diencerkan lagi.

    EFEKTIVITAS  PENGGUNAAN  PESTISIDA  HEWANI

    Supaya penggunaan pestisida hewani dari cairan urin sapi dapat bekerja lebih efektif maka diusahakan digunakan tepat waktu dan tepat sasaran yang dibidik.   Jangan melakukan penyemprotan  pada waktu hujan jadi pada waktu sudah terang sehingga efektifitas bekerja obat untuk memberantas hama penyakit dapat berjalan dengan lancar.

    Selain itu penyemprotan dilakukan sebelum hama penyakit berkembang lebih banyak.  Dan usahakan penyemprotan benar-benar tertuju pada hama penyakit yang akan menyerang / mengganggu tanaman padi tersebut.


    Nah ini tadi manfaat dan penggunaan  urin sapi yang diaplikasikan sebagai PESTISIDA  HEWANI untuk tanaman padi yang terserang penyakit TUNGRO  dan BLAST.
    Selamat mencoba...!

    Bahan Aktif Insektisida Diurutkan Sesuai Abjad

    Nama Bahan Aktif                          Jenis                            Golongan

    Abamektin.                   Insektisida Akarisida.   Amidin, Avermectin
    Alfametrin.                   Insektisida.                      Piretroid
    Amitraz.                        Insektisida/Akarisida.   Amidin  
    Amorphous.                 Insektisida.                      Difenil (Alfasipermetrin) 
    Asefat.                           Insektisida.                      Organofosfat
    Asetamiprid.                Insektisida.                     Piridin
    Buprofezin.                  Insektisida.                     Tiadiazin
    Benfukarb.                   Insektisida.                     Karbamat     
    BPMC (fenobukarb).  Insektisida.                     Karbamat
    Bensultap.                    Insektisida.                     Tiofulfonat         
    Betasiflutrin.               Insektisida.                     Piretroid
    Betasipermetrin.        Insektisida.                     Piretroid
    Bifentrin.                     Insektisida.                     Piretroid       
    Deltametrin.                Insektisida.                    Piretroid
    Bisultap.                       Insektisida.                    Neristoksin
    Dimehipo.                    Insektisida.                    Neristoksin
    Diafentiuron.              Insektisida.                    Tiourea
    Diazinon.                     Insektisida.                    Organofosfat
    Diklorfos.                     Insektisida.                    Organofosfat
    Dikofol.                        Insektisida/Akarisida.  Organoklor, difenil
    Dimetoat.                     Insektisida.                    Organofosfat
    Diflubenzuron.           Insektisida.                    Urea
    Dinotefuran.                Insektisida.                     Tiosulfonat
    Emamektin benzoat.  Insektisida.                    Avermectin
    Endosulfan.                  Insektisida.                    Organoklorin
    Esfenfalerat.                 Insektisida.                    Piretroid
    Etion.                             Insektisida.                    Organofosfat
    Etiprol.                          Insektisida.                    Organofosfat
    Etofenproks.                 Insektisida.                     Difenil
    Fenpropatrin.               Insektisida/Akarisida.  Amidin, piretroid
    Fention.                         Insektisida.                     Organofosfat
    Fentoat.                         Insektisida.                     Organofosfat
    Fipronil.                         Insektisida.                     Fenil-pirazol
    Flufenoksuron.            Insektisida.                     Urea
    Fenfalerat.                     Insektisida.                     Piretroid
    Fenitrotion.                   Insektisida.                     Organofosfat
    Gammasihalotrin.       Insektisida.                     Piretroid, trifenorometil
    Heksaflumuron.          Insektisida.                     Bensoyl, urea
    Heksitiazoks.                Insektisida.                     Tiozolidin
    Imidakloprid.               Insektisida.                     Nitroimidazolidin,                                                                                               Neonikotinoid
    Karbofuran.                 Insektisida.                     Karbamat
    Karbosulfan.                Insektisida/Akarisida.  Karbamat, organofosfat
    Kartophidrokloroda.  Insektisida.                    Karbamat
    Klofentezim.                 Insektisida.                    Tetrazin
    Klorfenapil.                  Insektisida.                     Pirol
    Klorfluazuron.             Insektisida.                     Urea, trifluorometil
    Klorpirifos.                   Insektisida.                     Organofosfat, piridin
    Lamdasihalotrin.        Insektisida.                      Piretroid
    Lufenuron.                   Insektisida.                     Trifluorometil, urea
    Malation.                      Insektisida.                     Organifosfat
    Metipren.                     Insektisida.                      Juvenile, homone, mimic
    Metoksifenoksida.      Insektisida.                     Diazilhidrazin
    Metomil.                       Insektisida.                     Karbamat
    MIPC (isopokarb).       Insektisida.                     Karbamat
    Monosultap.                 Insektisida.                     Neriktoksin
    Novaluron.                   Insektisida.                     Benzoyl, urea
    Permetrin.                    Insektisida.                     Piretroid
    Pimetrozin.                   Insektisida.                    Triazin
    Piraklofos.                     Insektisida.                    Organofosfat
    Piridaben.                     Insektisida.                     Phridazinon
    Piridafention.               Insektisida.                    Organofosfat
    Pirimifos metil.            Insektisida.                    Organofosfat, pirimidin
    Poksim.                          Insektisida.                    Organofosfat, nitrila
    Profenofos.                    Insektisida.                   Organofosfat
    Propaksur.                     Insektisida.                   Karbamat
    Protiofos.                       Insektisida.                    Organofosfat
    Siflutrin.                        Insektisida.                    Piretroid
    Sipermetrin.                 Insektisida.                    Piretroid
    Siromazin.                    Insektisida.                     Triazin
    Tetasipermetrin.         Insektisida.                     Piretroid
    Tiakloprid.                    Insektisida.                     Neonikotinoid
    Tiametoksam.              Insektisida.                     Triazol, neonikotinoid
    Triazofos.                      Insektisida.                     Organofosfat
    Triflumuron.                Insektisida.                     Benzoyl, urea
    Triklorfon.                    Insektisida.                     Organofosfat
    Tiodikarb.                     Insektisida.                     Karbamat

    Rabu, 27 Maret 2019

    Organic farming

    Sir Albert Howard, a British botanist, who agrees on organic farming more systematically. His book, published in 1940, entitled "An Agricultural Testament", has inspired the movement of organic agriculture in various parts of the world. For that reason, he was mentioned as the father of organic agriculture.

    Huft..... Susah nulis Bahasa Inggris...
    Lanjut aja ya hehehehehe



    Tiap Petani dengan sistim organik, terkadang memiliki dasar pemikiran yang berbeda. Praktek yang paling ekstrim bahkan sangat meminimalkan intervensi manusia. Petani hanya bertugas sebagai penebar benih dan pemetik hasil saja. Ada juga yang sangat longgar, masih mentoleransi penggunaan bahan-bahan kimia sintetis tertentu apabila diperlukan.
    Berdasarkan beberapa referensi  terhadap praktek-praktek pertanian organik, setidaknya terdapat kaidah-kaidah utama yang harus dipatuhi. Berikut uraian singkatnya:

    Persiapan lahan

    Lahan untuk pertanian organik harus terbebas dari residu pupuk dan obat-obatan kimia sintetis. Proses konversi lahan dari pertanian konvensional ke pertanian organik membutuhkan waktu setidaknya 1-3 tahun. Selama masa transisi, produk pertanian yang dihasilkan belum bisa dikatakan organik karena biasanya masih mengandung residu-residu kimia.

    Hal lain yang harus diperhatikan adalah lingkungan disekitar lahan. Pencemaran zat kimia dari kebun tetangga bisa merusak sistem pertanian organik yang telah dibangun. Zat-zat pencemar bisa berpindah ke lahan organik kita karena dibawa oleh air dan udara.

    Selain zat pencemar, pemakaian obat-obatan dari kebun tetangga bisa menyebabkan hama dan penyakit lari ke lahan pertanian organik. Tentunya hama akan mencari lahan-lahan yang bebas racun, dan sialnya kebun organik akan menjadi sasaran empuk.

    Untuk menyiasati hal tersebut, bisa menggunakan tanaman pagar. Beberapa jenis tanaman pagar memiliki kemampuan sebagai penyerap bau, bahan kimia, dan pengusir hama. Selain itu, hijauan dari tanaman pagar bisa digunakan sebagai bahan pupuk organik.

    Sistim Irigasi ( pengairan )

    Kondisi pengairan atau irigasi menjadi penentu juga dalam pertanian organik. Akan menjadi sia-sia apabila kita menerapkan pertanian organik sementara air yang mengaliri lahan kita banyak mengandung residu bahan kimia. Tentunya lahan kita beresiko tercemar zat-zat tersebut. Pada akhirnya produk pertanian organik kita tidak steril dari racun-racun kimia.

    Untuk mengatasi perihal ini, pilih lahan yang mempunyai pengairan langsung dari mata air terdekat. Kalau sulit kita bisa mengambil air dari saluran irigasi yang agak besar. Kadar residu kimia dalam saluran air yang besar biasanya sangat rendah, dan airnya masih bisa digunakan untuk pertanian organik. Hindari mengambil air dari limpahan kebun atau sawah konvensional.

    Selain itu, bisa juga dibuat unit pemurnian air sendiri. Air dari saluran irigasi ditampung dalam sebuah kolam yang telah direkayasa. Kemudian air keluaran kolam dipakai untuk mengairi kebun organik.
    Penyiapan benih tanaman

    Benih yang digunakan dalam pertanian organik harus berasal dari benih organik. Apabila benih organik sulit didapatkan, untuk tahap awal bisa dibuat dengan memperbanyak benih sendiri. Perbanyakan bisa diambil dari benih konvensional.

    Caranya dengan membersihkan benih-benih tersebut dari residu pestisida. Untuk menjadikannya organik, tanam benih tersebut lalu seleksi hasil panen untuk dijadikan benih kembali. Gunakan kaidah-kaidah pemuliaan dan penangkaran benih pada umumnya.

    Jangan mengawetkan benih dengan pestisida, fungisida atau hormon-hormon sintetis. Gunakan metode tradisional untuk mengawetkannya. Benih yang dihasilkan dari proses ini sudah bisa dikatakan benih organik.

    Hal yang perlu dicatat, benih hasil rekayasa genetika tidak bisa digunakan untuk sistem pertanian organik.

    Pupuk dan penyubur tanah

    Pemupukan dalam pertanian organik wajib menggunakan pupuk organik. Jenis pupuk organik yang diperbolehkan adalah pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk kompos dan variannya, serta pupuk hayati.
    Pertanian organik juga bisa menggunakan penyubur tanah atau disebut juga pupuk hayati. Penyubur tanah ini merupakan isolat bakteri-bakteri yang bisa memperbaiki kesuburan tanah. Saat ini pupuk hayati banyak dijual dipasaran seperti EM4, Biokulktur, dll. Pupuk hayati juga bisa dibuat sendiri dengan mengisolasi mikroba dari bahan-bahan organik.

    Dalam permentan bahan-bahan tambang mineral alami seperti kapur dan belerang masih ditoleransi untuk digunakan pada pertanian organik. Berikut daftar bahan mineral yang bisa digunakan dalam pertanian organik:

        Dolomit
        Gipsum
        Kapur khlorida
        Batuan fosfat
        Natrium klorida

    Pengendalihan hama dan penyakit

    Pengendalian hama dalam pertanian organik sebaiknya menerapkan konsep pengendalian hama terpadu. Hal-hal yang terlarang adalah menggunakan obat-obatan seperti pestisida, fungisida, herbisida dan sejenisnya untuk membasmi hama.

    Pengendalian organisme penganggu tanaman bisa memanfaatkan:

        Pemilihan varietas yang cocok
        Rotasi tanaman
        Menerapkan kultur teknis yang baik, seperti pengolah tanah, pemupukan, sanitasi lahan, dll.
        Memanfaatkan musuh alami atau predator hama
        Menerapkan eksosistem pertanian yang beragam, tidak monokultur

    Apabila terpaksa, misalnya terjadi ledakan hama atau penyakit, bisa digunakan juga pemberantasan hama dengan pestisida alami atau pestisida organik. 

    Penanganan pasca panen

    Proses pencucian atau pembersihan produk hendaknya menggunakan air yang memenuhi standar baku mutu organik. Hindari air yang sudah tercemar zat-zat kimia sintetsis. Gunakan juga peralatan yang tidak terkontaminasi zat-zat kimia.

    Dalam penyimpanan dan pengangkutan produk organik sebaiknya tidak dicampur dengan produk non organik. Untuk memberikan nilai tambah, sebaiknya kemas produk-produk organik dengan bahan yang ramah lingkungan dan bisa di daur ulang.
    Sertifikasi pertanian organik

    Untuk kepentingan pemasaran dan meningkatkan kepercayaan konsumen, ada baiknya produk organik disertifikasi. Dewasa ini banyak lembaga yang bisa memberikan sertifikasi organik. Mulai dari yang berbayar hingga gratis.

    Kedepannya, Permentan Sistem Pertanian Organik akan mengatur lembaga-lembaga sertifikasi organik. Tujuannya untuk memudahkan kontrol dan melindungi konsumen pangan organik. Sebagai petani produsen, kita harus pandai-pandai dalam memilih sertifikasi organik. Kita harus bijak dalam mengeluarkan biaya sertifikasi. Jangan sampai biaya sertifikasi menjadi beban.

    Selain sertifikasi, bisa dikembangkan alternatif lain untuk meyakinkan konsumen dengan kampanye. Misalnya gerakan untuk membeli pangan lokal, semakin lokal semakin baik. Jalinlah komunikasi dengan konsumen secara langsung. Undanglah sesekali konsumen untuk melihat kebun produksi. Know your farm is know your food!
    Pemasaran pertanian organik

    Pola pemasaran produk pertanian organik bisa menggunakan pola lama ataupun pola-pola baru. Hasil pertanian organik masih bisa bersaing dipasar konvensional, karena meski biaya operasionalnya lebih besar tapi inpu-input produksinya lebih murah. Namun apabila ingin mendapatkan insentif harga sebaiknya dijual ke pasar moderen atau penjualan langsung.

    a. Pasar tradisional

    Pasar ini merupakan pasar pertanian tertua. Untuk memasok pasar jenis ini biasanya melalui rantai para pedagang pengepul dan tengkulak yang ada sampai hingga ke pelosok desa. Kelebihan sistem ini adalah mudah. Petani tidak harus jemput bola tinggal nunggu di lahan, bahkan biasanya proses panen pun dilakukan pedagang pengepul.

    Banyak petani yang lebih nyaman dengan sistem ini karena kemudahan tersebut. Bahkan beberapa tengkulang dan pengepul mau meminjamkan modal untuk produksi musim tanam berikutnya. Walaupun seringkali hal ini menjadi jeratan bagi petani.

    Kelemahan dari sistem ini adalah harganya yang rendah. Apalagi bila produk pertanian dibeli dengan sistem ijon atau dibeli sebelum panen.
    b. Pasar moderen

    Ada dua pola untuk memasuki pasar moderen, yaitu dengan memasoknya langsung dan melalui perusahaan pemasok. Untuk memasok langsung, produsen harus memiliki modal dan relasi yang cukup. Karena biasanya barang yang masuk tidak dibayar secara langsung. Hal ini bisa disiasati dengan membentuk koperasi petani organik.

    Sebagian petani organik, ada juga yang menjual hasil panennya ke perusahaan pemasok pasar moderen. Dalam hal ini yang mempunyai kontrak dengan pasar moderen adalah perusahaan pemasok. Petani menjual kepada perusahaan pemasok.
    c. Penjualan langsung

    Alternatif dari sistem-sistem pemasaran diatas adalah dengan melakukan penjualan langsung. Petani memasarkan hasil panen secara langsung ke konsumen. Biasanya dalam bentuk paket-paket yang disesuaikan dengan hasil panen.

    Paket dikirimkan langsung ke konsumen yang berlangganan. Jenis dan maca sayuran disesuaikan antara kebutuhan konsumen dan musim tanam. Untuk menjalankan sistem seperti ini, petani wajib menerapkan sistem multiklutur agar produk yang dihasilkan tidak monoton. Kalau sulit dipenuhi sendiri, petani produsen bisa membentuk kelompok.

    Selasa, 26 Maret 2019

    Natural pesticides


    Natural pesticides
    How do you make natural pesticides?
    There are many natural ingredients around us that can be used as ingredients for pesticides themselves.
    Yuk kita bahas bersama, jika ada tambahan, pembaca dapat menambahkannya dikolom komentar, karena belum tentu pengalaman penulis lebih baik dari anda. Saya yakin anda punya pengalaman yang lebih daripada penulis.
    Kami menuliskan apa yang kami ketahui saja, apa saja itu

    Pengolahan Lahan Berpengaruh Pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman

    Agar memberikan hasil yang maksimal, lahan sawah harualah diolah secara baik.  Pengolahan lahan yang baik sebelum padi salah satu kunci utama dari keberhasilan panen. Pengolahan lahan yang diperuntukan bagi tanaman padi sangatlah penting untuk diperhatikan. Karena lahan sawah (tanah sawah) merupakan tempat mengambil cadangan hara yang dibutuhkan bagi tanaman padi. Oleh karena itu, pertumbuhan tanaman padi diantaranya akan dipengaruhi oleh sejauh mana proses pengolahan yang dilaksanakan sebelum ditanami.


    • Bajak :   Bajak (juga dikenal dengan istilah luku dan Tenggala) merupakan alat pertanian yang digunakan untuk.menggemburkan tanah. Tujuan membajak adalah membalik tanah bagian dalam yang subur kepermukaan tanah. Apabila pembajakan tidak dilakukan secara merata, pertumbuhan dan perkembangan padi pun tidak bisa maksimal. Dalam istilah jawa "kebat singkal", kebat singkal dapat diartikan pembalikan tanah yang tidak rata, sehingga saat digaru (tanah dihaluskan) tanah ada yang tidak terbalik. Pada kasus ini, kedepannya pertumbuhan padi diarea tanah yang tidak kena bajak (ke singkal) pertumbuhannya tidak sebaik pertumbuhan padi yang tanahnya tersingkal. Hal ini disebabkan karena tanah tidak gembur dan calon akar padi tidak mendapat asupan hara yang cukup. Mengapa demikian? yuk kita gali bersama. Saat proses pemupukan, pupuk makro granul akan diproses oleh mikroba agar dapat diserap oleh akar, saat pupuk disebar tepat pada tanah yang tidak tersingkal, pupuk tidak masuk ke dalam tanah dengan sempurna disebabkan karena tanah kurang gembur. Maka pupuk tersebur tidak terserap oleh akar dengan baik.Hal ini dapat kita lihat pada lahan 1 hamparan. Terkadang kita bingung dalam 1 petak, pupuk sama tetapi pertumbuhan padi tidak sama, hal ini sangat mudah kita lihat dengan melihat ketinggian padi yang tidak sama dalam 1 petak. Kemudian timbulah keinginan untuk menambah pupuk pada lokasi tersebut. Lalu bagaimana cara mengatasi apabila hal tersebut terjadi? 
    • Menegur pembajak agar kedepannya, jangan kebat singkal kembali. Hehehehe
    • Tanah yang tidak tersingkal tersebut kita injak-injak disela-selanya, agar tanah menjadi gembur agar air dapat tergenang pada lokasi tersebut.
    • Tambahkan pupuk kandang matang / pupuk Petro Organik. Untuk mengurangi over dosis pupuk kimia.
    • Tambahkan em4 atau sejenisnya.
    • Nah.... Dari satu kasus pembajakan yang kurang sempurna saja pengaruhnya sangat besar kan?

    Berikutnya proses membuat sekat lahan (membuat galengangan/bedeng).
    Istilah tersebut lebih enak saya sebut dengan ngegaleng. Proses ngegaleng ini dilakukan dengan mencangkul. Mebuat galeng yang rapat sangat membantu untuk mengatur air dilahan, agar terjaga sesuai dengan kemauan kita.

    Nah olah lahan memang harus sebaik mungkin, karena inilah awal dari keberhasilan saat membudidayakan tanaman tertentu. Tentunya olah lahan lahan ini tidaklah sama. Tergantung kita mau membudidayakan tanaman apa?
    Sampai disini tulisannya ya... Mau melayani pembeli lagi.
    Bersambung.

    Jumat, 22 Maret 2019

    Meningkatkan PH Tanah

    Kebutuhan Akan pH Tanah Sesuai Jenis Tanaman: 

    No
    Nama Tanaman Nilai PH
    1 Padi 5,00 – 7,00
    2 Jagung 5,50 – 7,50
    3 Umbi Rambat 5,25 – 6,50
    4 Kentang 4,50 – 6,50
    5 Kacang Tanah 5,25 – 6,25
    6 Kedelai 6,00 – 7,00
    7 Sorgum 6,50 – 7,00
    8 Tembakau 5,50 – 7,50
    9 Kapas 5,00 – 6,00
    10 Tomat 5,50 – 7,50
    11 Kubis 5,50 – 7,50
    12 Seledri
    6,00 – 7,00
    13 Bawang 6,00 – 7,00
    14 Cabai 5,50 – 6,00
    15 Nanas 5,00 – 6,50
    16 Tebu 6,00 – 8,00
    17 Pisang 6,00 – 7,50
    18 Teh 4,00 – 5,50
    19 Karet 3,75 – 8,00
    20 Kopi 4,50 – 7,50
    21 Coklat 5,00 – 7,00
    22 Kelapa 6,00 – 7,50
    Tanah yang bereaksi masam memiliki beberapa permasalahan, antara lain: keracunan Al, Mn dan/atau Fe, serta kekahatan unsur-unsur hara penting seperti N, P, Ca, dan atau Mg dan Mo. Kekahatan unsur tersebut dapat menyebabkan pemicu serangan jamur terhadap tanaman yang dibudidayakan serta Produktivitas pertanian/sawah di tanah masam umumnya rendah. Menjaga PH tanah, ternyata penting kan? Hehehehe
    Berikut gambar keterkaitan PH dengan unsur hara.


    Jika menilik dari manfaat per unsur hara, PH tanah dapat pula menjadikan salah satu penyebab pemicu serangan penyakit terhadap tanaman. Jika kita memberikan unsur hara tertentu, diserap atau tidaknya unsur hara teraebut juga berkaitan dengan PH tanah.
    Jadi menjaga PH ibaratnya nomor 1.

    Salah satu cara untuk meningkatkan pH tanah masam itu adalah dengan cara pengapuran. Depertemen Pertanian RI dan Pusat Penelitian Tanah memberikan cara menghitung dosis kaptan (kapur pertanian) untuk meningkatkan pH Tanah masam, yaitu:
    – 2 ton kaptan per ha untuk menintkankan pH tanah 1 point.

    Jadi misalnya pH tanahnya ingin ditingkatkan dari pH.3 menjadi pH 6 diperlukan kaptan sebanyak: (6-3) x 2 ton per ha = 6 to per ha.

    Selain menggunakan kaptan, pH tanah sawah juga bisa ditingkatkan dengan menggunakan kombinasi kaptan dengan asam humat.

    Cara aplikasinya, kaptan atau dolomite diaplikasikan terlebih dahulu setelah olah tanah. Kaptan disebarkan secara merata ke seluruh permukaan tanah. Apabila tanah sudah ditanami, kaptan disebarkan di sela-sela tanaman padi. Beberapa hari kemudian dilanjutkan dengan aplikasi asam humat. Asam humat diencerkan dengan air. 1 liter asam humat diencerkan dengan 50 liter air. Setelah itu larutan asam humat dikocorkan merata ke seluruh permukaan lahan sawah. Sama halnya dengan aplikasi kaptan, jika lahan sudah ditanami, aplikasi asam humat diberikan di sela-sela tanaman padi.

    Yang perlu diperhatikan adalah pada saat aplikasi kaptan dan asam humat kondisi air macak-macak. Aliran air irigasi dihentikan terlebih dahulu selama aplikasi kaptan dan asam humat dan dibiarkan sehari atau dua hari tanpa dialiri air. Tujuannya adalah agar asam humat dan kaptan tidak hanyut terbawa air.
    Salam Pasha Tani




    Unggulan

    Mengenal Pupuk Beserta Karakter dan Sifatnya

    Saat ini pupuk kimia / anorganik yang tersedia lumayan banyak jenisnya, terkadang kita sebagai petani kurang memperhatikan susunan kimianya...