Blas (potong leher) Pada Padi
Penyakit Blas Pada Tanaman Padi Dan Cara Pengendaliannya
Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea. Awalnya penyakit ini berkembang di pertanaman padi gogo, tetapi akhir-akhir ini sudah menyebar di lahan sawah irigasi.
|
Gambar 1. Gejala penyakit blas daun (a), dan Blas Leher (b)
|
Jamur P. grisea dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi, P. grisea menginfeksi bagian daun dan menimbulkan gejala penyakit yang berupa bercak coklat berbentuk belah ketupat yang disebut blas daun. Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, gejala penyakit blas berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher. Perkembangan parah penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian gabah dan patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne).Penyakit blas leher juga sering disebut busuk leher, patah leher, tekek (jawa Tengah), kecekik (Jawa Barat). Penyakit blas juga dapat berkembang pada tanaman selain padi seperti gandum, sorgum dan spesies rumput-rumputan. Pada lingkungan yang kondusif, blas daun berkembang pesat dan kadang-kadang dapat menyebabkan kematian tanaman. Penyakit blas leher dapat menurunkan hasil secara nyata karena menyebabkan leher malai mengalami busuk atau patah sehingga proses pengisian malai terganggu dan banyak terbentuk bulir padi hampa. Gangguan penyakit blas leher di daerah endemis sering menyebabkan tanaman padi menjadi puso.
Biologi dan Ekologi Penyakit Blas Jamur P. grisea mempunyai banyak ras, yang mudah berubah dan membentuk ras baru dengan cepat. Pada kondisi lingkungan yang mendukung, satu siklus penyakit blas membutuhkan waktu kurang lebih 1 mingghu, yaitu dimulai ketika spora jamur menginfeksi dan menghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika jamur bersporulasi (menghasilkan spora baru) yang siap disebarkan ke udara. Selanjutnya dari satu bercak dapat menghasilkan ratusan sampai ribuan spora dalam satu malam dan dapat terus menghasilkan spora selama lebih dari 20 hari. Penyakit blas lebih menyukai kondisi periode embun yang panjang, kelembaban yang tinggi dan temperatur malam hari sekitar 22–25 derajad Celcius
Faktor lain yang mendukung perkembangan penyakit blas adalah pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan, tanah dalam kondisi aerobik dan stres kekeringan. Pengaruh nitrogen terhadap sel epidermis menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding sel dan menurunnya kadar unsur silika (Si), sehingga jamur lebih mudah melakukan penetrasi. Pemberian Si cenderung membantu kekerasan dan ketegakan daun. Sumber inokulum primer penyakit blas di lapang adalah jerami. Di daerah tropis sumber inokulum selalu ada spanjang tahun karena adanya spora di udara dan tanaman inang alternatif selain padi.
Teknologi Pengendalian Penyakit Blas
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit blas sperti tanah, pengairan, kelembaban, suhu, pupuk dan ketahanan varietas. Faktor-faktor tersebut merupakan komponen epidemi penyakit yang dapat dikelola untuk tujuan pengendalian penyakit blas. Upaya untuk mengendalikan penyakit blas melalui pengelolaan komponen epidemi secara terpadu mempunyai peluang keberhasilan tinggi.
Pengendalian Penyakit Blas dengan Teknik Budidaya
- Penanaman Benih Sehat :
Jamur penyebab penyakit blas dapat ditularkan melalui benih, sehingga
pengendalian dapat lebih efektif bila dilakukan sedini mungkin.
Pertanaman yang terinfeksi penyakit blas sangat tidak dianjurkan untuk
digunakan sebagai benih. Ini perlu ditekankan sebagai syarat untuk
kelulusan uji sertifikasi benih. Perlu dilakukan perlakuan/pengobatan
benih dengan fungisida sistemik seperti trisiklazole dengan dosis
formulasi 3-5 g/kilogram benih. Pengobatan benih dapat dilakukan dengan
cara perendaman benih (soaking) atau pelapisan benih (coating) dengan
fungisida anjuran.
- Perendaman (Soaking) benih :
Benih direndam dalam
larutan fungisida selama 24 jam, dan selama periode perendaman, larutan
yang digunakan diaduk merata tiap 6 jam. Perbandingan berat biji dan
volume air adalah 1:2 (1 kg benih direndam dalam 2 liter air larutan
fungisida). Benih yang telah direndam dikering anginkan dalam suhu kamar
diatas kertas koran dan dibiarkan sampai saatnya gabah tersebut siap
untuk disemaikan. Perendaman benih padi sawah dalam larutan fungisida
dilakukan sebelum pemeraman.
- Cara pelapisan (Coating) benih :
Pertama-tama benih
direndam dalam air selama beberapa jam, kemudian ditiriskan sampai air
tidak menetes lagi. Fungisida dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg
benih basah dan dikocok sampai merata, kemudian gabah dikering anginkan
dengan cara yang sama dengan metode perendaman, selanjutnya benih siap
disemaikan.
- Cara Tanam :
Jarak tanam yang tidak
terlalu rapat atau sistem legowo sangat dianjurkan untuk membuat kondisi
lingkungan tidak menguntungkan bagi patogen penyebab penyakit. Kemudian
didukung dengan cara pengairan berselang (intermiten). Sistem tersebut
akan mengurangi kelembaban sekitar kanopi tanaman, mengurangi terjadinya
embun dan air gutasi serta menghidarkan terjadinya gesekan antar daun.
Petanaman selalu rapat akan menciptakan kondisi lingkungan terutama
suhu, kelembaban, dan aerasi yang lebih menguntungkan bagi perkembangan
penyakit. Di samping itu pada pertanaman yang rapat akan mepermudah
terjadinya infeksi dan penularan dari satu tanaman ke tanaman lain.
- Pemupukan benih :
Jarak tanam Pupuk nitrogen berkorelasi positif dengan keparahan penyakit blas.
Artinya pertanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan
tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi.
Sebaliknya dengan pupuk kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan
terhadap penyakit blas. Oleh karena itu, disarankan menggunakan pupuk
nitrogen dan kalium secara berimbang.
- Penanaman Varietas Tahan
Cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan dalam pengendalian
penyakit blas adalah menggunakan varietas tahan. Penggunaan varietas
tahan harus disesuaikan dengan sebaran ras yang ada di suatu daerah.
Beberapa varietas padi yang tahan terhadap beberapa ras patogen penyakit
blas diantaranyas adalah Inpari 21, Inpari 22, Inpari 26, Inpari 27,
Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 7, dan Inpago 8. Upaya lain yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan varietas tahan adalah dengan tidak
menanam padi secara monogenik (1 atau 2 varietas) secara luas dan terus
menerus. Bila padi tersebut ditanam terus menerus sepanjang tahun maka
harus dilakukan pergiliran varietas. Beberapa varietas yang berbeda
tingkat ketahanannya ditanam pada satu areal, dapat mengurangi tekanan
seleksi terhadap patogen, sehingga dapat memperlambat terjadinya ras
baru patogen dan patahnya ketahanan suatu varietas.
- Penggunaan Fungisida
penggunaan Fungisida untuk Penyemprotan Tanaman
Perlakuan benih dengan fungisida untuk pengobatan benih hanya bertahan
selama 6 minggu, selanjutnya perlu dilakukan penyemprotan tanaman.
Hasil percobaan terhadap beberapa fungisida menunjukkan bahwa fungisida
Benomyl 50WP, Mancozeb 80%, Carbendazim 50%, isoprotiolan 40%, dan
trisikazole 20% efektif menekan perkembangan jamur P. grisea.
Penyemprotan dengan fungisida sebaikny dilakukan 2 kali pada saat stadia
tanaman padi anakan maksimum dan awal berbunga.
Pencegahan
- Sanitasi Lingkungan :
Sanitasi
dengan menjaga kebersihan lingkungan sawah dari gulma yang mungkin
menjadi inang alternatif dan membersihkan sisa-sisa tanaman yang
terinfeksi merupakan usaha yang sangat dianjurkan mengingat patogen
dapat bertahan pada inang alternatif dan sisa-sisa tanaman.
- Pemberian kompos jerami
Pemberian bahan organik berupa jerami sisa panen untuk penyehatan lahan
harus dikomposkan lebih dulu. Pengkomposan jerami dapat menyebabkan
miselia dan spora jamur mati, karena naiknya suhu selama proses
dekoposisi.
Kiat-Kiat Pengendalian Penyakit Blas
Gunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah
setempat.Gunakan benih sehat.Hidarkan penggunaan pupuk nitrogen diatas
dosis anjuran.Hindarkan tanam padi dengan varietas yang sama terus
menerus sepanjang tahun.Sanitasi lingkungan harus intensif karena inang
alternatif patogen dapat berupa rerumputan.Hindari tanam padi terlambat
dari tanaman petani di sekitarnya.Pengendalian secara dini dengan
perlakuan benih sangat dianjurkan untuk menyelamatkan persemaian sampai
umur 30 hari setelah sebar.Penyemprotan fungisida sistemik sebaiknya 2
kali pada saat stadia tanaman anakan maksimum dan awal berbunga untuk
mencegah penyakit blas daun dan blas leher terutama di daerah
endemik.Hindarkan jarak tanam rapat (sebar langsung).Pemakaian kompos
sebagai sumber bahan organik.Kiat-Kiat Pengendalian Penyakit Blas.
Busuk Batang dan Hawar Pelepah
|
Hawar Pelepah
|
Hawar pelepah daun dan busuk batang merupakan penyakit penting pada tanaman padi.
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani kuhn, pada fase penyempurnaanya disebut Thannatephorus cucumeris (Frank) Donk, di indonesia penyakit ini ditemukan didataran tinggi dan dataran rendah. Gejala penyakit ini mulai berkembang pada fase anakan maksimum, Padi mencapai anakan maksimum pada umur 30-45 hst tergantung varietas. Gejala pertama yaitu terlihat adanya bercak abu-abu kehijauan yang berkembang pada pelepah didekat permukaan air. Bercak tersebut berebentuk oval atau elips dengan bagian tepi tidak teratur. Bercak tersebut berukuran 1 cm dan memanjang 2-3 cm kemudian menyatu, pada bercak tersebut tumbuh miselium jamur yang berwarna putih sampai coklat muda yang selanjutnya terbentuk sclerotium berwarna coklat tua sampai kehitanan. Jika dalam kondisi kelembaban optimal, helaian daun yang bersinggungan akan terinfeksi. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit ini diantaranya, cara budidaya, pemupukan terutama Nitrogen ,suhu, kelembaban dan drainase. Penyakit hawar pelepah dan busuk batang ini berkembang dengan baik pada tanaman padi yang ditanaman dengan jarak tanam rapat, dan juga varietas padi beranakan banyak.
Cara pengendalian
-
Gunakan varietas tahan, beberapa varietas lokal cukup toleran dengan penyakit ini.Sifat toleransi ini
adalah kemampuan regenerasi tanaman yang cepat setelah rumpun di serang
oleh patogen. Budidaya tanaman sehat, melalui, pemupukan yang berimbang,
pengaturan
jarak tanam dengan jajar legowo, melakukan pengairan berselang, dan
lain-lain sehingga tanaman bisa tumbuh baik, sehat, dan mampu mengatasi
penyakit.
Sanitasi Lingkungan
sanitasi bertujuan untuk membersihkan lingkungan pertanaman dari gulma atau tanaman yang tidak dikehendaki. seluruh gulma dibersihkan, dikumpulkan dan dimusnahkan, namun lebih baik
jika gulma dijadikan kompos sampai masak sehingga patogen tidak mampu
bertahan dan mati.kompos tersebut dapat dikembalikan ke sawah untuk membantu mempertahankan kesuburan tanah.
- Pengendalian dengan agensi hayati
Pengandalian dengan Trichoderma sp, merupakan agen antagonis yang efektif, terhadap Rhizoktonia Shonani Kuhn. - Penggunaan Pestisida
Pestisida merupakan alternatif terakhir dalam pengendalian.
Langkah pertama dalam penggunaan pestisida adalah dengan melakukan pengamatan petakan. Pengamatan dilakukan intensif pada tanaman padi, untuk penyakit hawar
pelepah dan busuk batang pengamatan intensif dilakukan saat tanaman
mulai memasuki fase anakan maksimal.
Jika di temukan gejala penyakit hawar pelepah dan busuk batang, segera aplikasikan pestisida dengan jenis fungisida.
Kerusakan yang di timbulkan Rhizoctonia solani kuhn, tanaman mudah rebah
saat mulai pengisian, karena dalam jaringan tanaman terdapat
sclerotium,
Kerusakan pada pangkal batang dapat menyebabkan hampanya sebagian bulir
padi, karena saat pengisian bulir terganggu sehingga pengisian tidak
sempurna, gabah menjadi ringan, dan infeksi yang lambat menyebabkan
terjadinya anakan yang lebih kecil dan tidak produktif.
Bersambung