Hydro

Tampilkan postingan dengan label Manfaat Silika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Manfaat Silika. Tampilkan semua postingan

Minggu, 08 Maret 2020

Cara Meningkatkan Hasil Padi versi 1

Cara meningkatkan hasil padi tidak hanya tergantung dari satu faktor. Namun demikian dari berbagai cara yang tercantum dalam Panca Usaha Tani, kita harus mencoba dan mencoba satu persatu dengan merubah pola perawatan kita terhadap padi.

Berikut adalah salah satu cara yang perlu pembaca coba.
Mengingat lahan dan tempat yang tidak sama, maka perlakuan penyemaian, olah lahan, pemupukan dan pengairan lakukan seperti kebiasaan dilokasi pembaca masing-masing. Selain itu yang perlu ditambahkan dan patut dicoba adalah pemberian nutrisi lengkap mulai dari awal tanam. Perkara merk nutrisi silahkan memilih sendiri. Nutrisi yang diperlukan pasca tanam adalah magnesium, calsium, boron serta silika.
Nutrisi tersebut membantu tanaman agar kuat terhadap serangan penyakit dan mempecepat proses pertumbuhan.
Seyogyanya nutrisi yang kita gunakan dalam bentuk nitrat. Mengapa demikian? Hal ini bertujuan agar nutrisi tersebut dapat dispray dan mudah terserap oleh tanaman.
Jika perlu kita dapat menambahkan Hormon sesuai kondisi tanaman dan tujuan kita memberikannya.
Nutrisi tersebut dapat kita spray mulai dari umur 7-40hst.
Saat memasuki masa primodial spray nutrisi makro (unsur magnesium, Phospat dan Kalium), fungisida untuk mencegah hawar daun, blast serta insektisida sistemik atau yang lain (contoh: metil tiofanat) untuk mengurangi serangan beluk.
Setelah malai keluar kita dapat mengulangi spray tanaman dengan nutrisi Makro (unsur Phospat, kalium dan magnesium) dan fungisida yang bahan aktifnya tidak sama dengan fungisida saat masa primodial. Saran penulis, dapat mengunakan bahan aktif combo, contoh azoksitrobin dan defenokonazol atau trifloksistrobin dan tebukonazol.
Jika daun bendera masih segar... 7-10 hari menjelang panen, Kita bisa mengulangi spray nutrisi unsur Magnesium, kalium dan phospat.

Selamat mencoba!
Menjelang

Kamis, 08 Juni 2017

Manfaat Pupuk Silika

Manfaat pupuk mikro silika : Menurut definisi, unsur kimia mineral dapat dikatakan hara esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman apabila:
(1) unsur tersebut terlibat atau berfungsi dalam metabolism tanaman; dan
(2) tanaman tidak dapat melengkapi daur hidupnya bila tanpa unsur tersebut (Tisdale et al. 1993).
Namun demikian, manfaat unsur Si pada tanaman-tanaman graminea, terutama padi dan tebu cukup penting dan telah diketahui sejak lama. Si diperlukan untuk menjadikan tanaman memiliki bentuk daun yang tegak (tidak terkulai), sehingga daun efektif menangkap radiasi surya dan efisien dalam penggunaan hara N yang menentukan tinggi/rendahnya hasil tanaman.
Tanaman cukup Si memiliki daun yang terlapisi silikat dengan baik, menjadikannya lebih tahan terhadap serangan berbagai penyakit yang diakibatkan oleh fungi maupun bakteri seperti blas, HDB.Dengan Silika, batang tanaman menjadi lebih kuat dan kekar, sehingga lebih tahan terhadap serangan penggerek batang, wereng coklat, dan tanaman menjadi tidak mudah rebah. Silika juga menyebabkan perakaran tanaman lebih kuat, intensif, dan menaikkan root oxidizing power, yaitu kemampuan akar mengoksidasi lingkungannya seperti ion fero (Fe2+) menjadi feri (Fe3+) sehingga pada lahan yang banyak besinya, tanaman tidak/sedikit mengalami keracunan besi atau lebih tahan; demikian pula Mn2+ yang biasanya dalam jumlah banyak meracuni tanaman menjadi berkurang karena teroksidasi menjadi Mn4+.
Tanaman yang kekurangan Silika banyak kehilangan air dari tanaman (transpirasinya tinggi), karena permukaan daunnya kurang terlindungi silikat, sehingga tanaman mudah kekeringan. Pemberian Silika menyebabkan tanaman lebih tahan kekeringan.
Pada tanaman padi fase anakan hingga inisiasi malai, batas kritik kandungan Silika pada daun <5 8-10="" adalah="" dalam="" fase="" gabah="" jerami="" jeraminya="" kahat="" konsentrasi="" mengandung="" nilai="" optimal="" p="" pada="" pemasakan="" sedangkan="" silika="" tanaman="" yang="">Bahkan menurut Tisdale et al. (1993) tanaman padi tanggap terhadap pemberian Silika apabila jerami padi mengandung Silika kurang dari 11%.
Silika banyak terdapat pada lapisan epidermis di daun, pelepah daun dan batang (Takahashi 1995.
Silikat diserap oleh akar, ditranslokasikan ke daun sehingga jaringan tersebut mengeras akibat Silika. Serapan silikat pada tanaman padi sebanyak 6 kali serapan K, 10 kali serapan N, 20 kali serapan P2O5, dan 30 kali serapan kalsium.
<5 8-10="" adalah="" dalam="" fase="" gabah="" jerami="" jeraminya="" kahat="" konsentrasi="" mengandung="" nilai="" optimal="" p="" pada="" pemasakan="" sedangkan="" silika="" tanaman="" yang=""> Secara umum pemberian silikat dapat memperbaiki fungsi fisiologi tanaman dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama, penyakit dan terhadap kerebahan. Pengaruh pemberian silikat paling nyata bila diberikan pada stadia generatif (perpanjangan bakal bunga), pemberian pada stadia vegetatif pengaruhnya tidak begitu besar terhadap komponen hasil padi (Takahashi 1995).
Penambahan silikat pada tanaman padi dapat meningkatkan jumlah gabah per malai dan bobot gabah isi per rumpun (Takahashi 1995).
Peningkatan serapan silikat dapat menjaga daun tetap tegak sehingga fotosintesis dari kanopi dapat meningkat sampai 10% (Cock and Yoshida 1970 dalam Yoshida 1981).
Sumber: Makarim, AK, E. Suhartatik, A. Kartohardjono. 2007. Silikon: Hara Penting pada Sitem Produksi Padi. Iptek Tanaman Pangan Vol. 2 No. 2 2007
Dikutip dari : http://www.nutani.com/peran-unsur-hara-silika-pada-tanaman-padi.

Senin, 01 Mei 2017

Istilah Penyakit Blorok (dalam bahasa jawa)

Blas (potong leher) Pada Padi

Penyakit Blas Pada Tanaman Padi Dan Cara Pengendaliannya
Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia  grisea. Awalnya penyakit ini berkembang di pertanaman padi gogo, tetapi akhir-akhir ini sudah menyebar di lahan sawah irigasi.

Gambar 1. Gejala penyakit blas daun (a), dan Blas Leher (b)


Jamur P. grisea dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi,  P. grisea menginfeksi bagian daun dan menimbulkan gejala penyakit yang berupa bercak coklat berbentuk belah ketupat yang disebut blas daun. Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, gejala penyakit blas berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher. Perkembangan parah penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian gabah dan patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne).Penyakit blas leher juga sering disebut busuk leher, patah leher, tekek (jawa Tengah), kecekik (Jawa Barat). Penyakit blas juga dapat berkembang pada tanaman selain padi seperti gandum, sorgum dan spesies rumput-rumputan. Pada lingkungan yang kondusif, blas daun berkembang pesat dan kadang-kadang dapat menyebabkan kematian tanaman. Penyakit blas leher dapat menurunkan hasil secara nyata karena menyebabkan leher malai mengalami busuk atau patah sehingga proses pengisian malai terganggu dan banyak terbentuk bulir padi hampa. Gangguan penyakit  blas leher di daerah endemis sering menyebabkan tanaman padi menjadi puso.
 
Biologi dan Ekologi Penyakit Blas Jamur P. grisea mempunyai banyak ras,  yang mudah berubah dan membentuk ras baru dengan cepat.  Pada kondisi lingkungan yang mendukung, satu siklus penyakit blas membutuhkan waktu kurang lebih 1 mingghu, yaitu dimulai ketika spora jamur menginfeksi dan menghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika jamur bersporulasi (menghasilkan spora baru) yang siap disebarkan  ke udara. Selanjutnya dari satu bercak dapat menghasilkan ratusan sampai ribuan spora dalam satu malam dan dapat terus menghasilkan spora selama lebih dari 20 hari. Penyakit blas lebih menyukai kondisi periode embun yang panjang, kelembaban yang tinggi dan temperatur malam hari sekitar 22–25 derajad Celcius
 
 Faktor lain yang mendukung perkembangan penyakit blas adalah pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan, tanah dalam kondisi aerobik dan stres kekeringan. Pengaruh nitrogen terhadap sel epidermis menyebabkan peningkatan permeabilitas  dinding sel dan menurunnya kadar unsur silika (Si), sehingga jamur lebih mudah melakukan penetrasi.  Pemberian Si cenderung membantu kekerasan dan ketegakan daun. Sumber inokulum primer penyakit blas di lapang adalah jerami. Di daerah tropis sumber inokulum selalu ada spanjang tahun karena adanya spora di udara dan tanaman inang alternatif selain padi.

Teknologi Pengendalian Penyakit Blas
 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit blas sperti tanah, pengairan, kelembaban, suhu, pupuk dan ketahanan varietas. Faktor-faktor tersebut merupakan komponen epidemi penyakit yang dapat dikelola untuk tujuan  pengendalian penyakit blas. Upaya untuk mengendalikan penyakit blas  melalui pengelolaan komponen epidemi secara terpadu mempunyai peluang keberhasilan tinggi.
 

Pengendalian Penyakit Blas dengan Teknik Budidaya

  •  Penanaman Benih Sehat :
    Jamur penyebab penyakit blas dapat ditularkan melalui benih, sehingga pengendalian dapat  lebih efektif bila dilakukan sedini mungkin. Pertanaman yang terinfeksi penyakit blas sangat tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai benih. Ini perlu ditekankan sebagai syarat untuk kelulusan uji sertifikasi benih. Perlu dilakukan perlakuan/pengobatan benih dengan fungisida sistemik seperti trisiklazole dengan dosis formulasi 3-5 g/kilogram benih. Pengobatan benih dapat dilakukan dengan cara perendaman benih (soaking) atau pelapisan benih (coating) dengan fungisida anjuran.
  • Perendaman (Soaking) benih :
    Benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam, dan selama periode perendaman, larutan yang digunakan diaduk merata tiap 6 jam. Perbandingan berat biji dan volume air adalah 1:2 (1 kg benih direndam dalam 2 liter air larutan fungisida). Benih yang telah direndam dikering anginkan dalam suhu kamar diatas kertas koran dan dibiarkan sampai saatnya gabah tersebut siap untuk disemaikan. Perendaman benih padi sawah dalam larutan fungisida dilakukan sebelum pemeraman.
  • Cara pelapisan (Coating) benih :
    Pertama-tama benih direndam dalam air selama beberapa jam, kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. Fungisida dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg benih basah dan dikocok sampai merata, kemudian gabah dikering anginkan dengan cara yang sama dengan metode perendaman,  selanjutnya benih siap disemaikan.

  • Cara Tanam :
    Jarak tanam yang tidak terlalu rapat atau sistem legowo sangat dianjurkan untuk membuat kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi patogen penyebab penyakit. Kemudian didukung dengan cara pengairan berselang (intermiten). Sistem tersebut akan mengurangi kelembaban sekitar kanopi tanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi serta menghidarkan terjadinya gesekan antar daun. Petanaman selalu rapat akan menciptakan kondisi lingkungan terutama suhu, kelembaban, dan aerasi yang lebih menguntungkan bagi perkembangan penyakit. Di samping itu pada pertanaman yang rapat akan mepermudah terjadinya infeksi dan penularan dari satu tanaman ke tanaman lain.

  • Pemupukan benih :
    Jarak tanam
    Pupuk nitrogen berkorelasi positif dengan keparahan penyakit blas. Artinya pertanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Sebaliknya dengan pupuk kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit blas. Oleh karena itu, disarankan menggunakan pupuk nitrogen dan kalium secara berimbang.
  • Penanaman Varietas Tahan
    Cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan dalam pengendalian penyakit blas adalah menggunakan varietas tahan. Penggunaan varietas tahan harus disesuaikan dengan sebaran ras yang ada di suatu daerah. Beberapa varietas padi yang tahan terhadap beberapa ras patogen penyakit blas diantaranyas adalah Inpari 21, Inpari 22, Inpari 26, Inpari 27, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 7, dan Inpago 8. Upaya lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan varietas tahan adalah dengan tidak menanam padi secara monogenik (1 atau 2 varietas) secara luas dan terus menerus. Bila padi tersebut ditanam terus menerus sepanjang tahun maka harus dilakukan pergiliran varietas. Beberapa varietas yang berbeda tingkat ketahanannya ditanam pada satu areal, dapat mengurangi tekanan seleksi terhadap patogen, sehingga dapat memperlambat terjadinya ras baru patogen dan patahnya ketahanan suatu varietas.
  • Penggunaan Fungisida
    penggunaan Fungisida untuk Penyemprotan Tanaman Perlakuan benih dengan fungisida untuk pengobatan benih hanya bertahan selama 6 minggu, selanjutnya perlu dilakukan penyemprotan tanaman.  Hasil  percobaan terhadap beberapa fungisida menunjukkan bahwa fungisida Benomyl 50WP, Mancozeb 80%, Carbendazim 50%, isoprotiolan 40%, dan trisikazole 20% efektif menekan perkembangan jamur P. grisea. Penyemprotan dengan fungisida sebaikny dilakukan 2 kali pada saat stadia tanaman padi anakan maksimum dan awal berbunga.

Pencegahan 

  • Sanitasi Lingkungan :
    Sanitasi dengan menjaga kebersihan lingkungan sawah dari gulma yang mungkin menjadi inang alternatif dan membersihkan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi merupakan usaha yang sangat dianjurkan mengingat patogen dapat bertahan pada inang alternatif dan sisa-sisa tanaman.
  • Pemberian kompos jerami
    Pemberian bahan organik berupa jerami sisa panen untuk penyehatan lahan harus dikomposkan lebih dulu. Pengkomposan jerami dapat menyebabkan miselia dan spora jamur mati, karena naiknya suhu selama proses dekoposisi.
 

Kiat-Kiat Pengendalian Penyakit Blas 

Gunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah setempat.Gunakan benih sehat.Hidarkan penggunaan pupuk nitrogen diatas dosis anjuran.Hindarkan tanam padi dengan varietas yang sama terus menerus sepanjang tahun.Sanitasi lingkungan harus intensif karena inang alternatif patogen dapat berupa rerumputan.Hindari tanam padi terlambat dari tanaman petani di sekitarnya.Pengendalian secara dini dengan perlakuan benih sangat dianjurkan untuk menyelamatkan persemaian sampai umur 30 hari setelah sebar.Penyemprotan fungisida sistemik sebaiknya 2 kali pada saat stadia tanaman anakan maksimum dan awal berbunga untuk mencegah penyakit blas daun dan blas leher terutama di daerah endemik.Hindarkan jarak tanam rapat (sebar langsung).Pemakaian kompos sebagai sumber bahan organik.Kiat-Kiat Pengendalian Penyakit Blas. 


Busuk Batang dan Hawar Pelepah

Hawar Pelepah


Hawar pelepah daun dan busuk batang merupakan penyakit penting pada tanaman padi.
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani kuhn, pada fase penyempurnaanya disebut Thannatephorus cucumeris (Frank) Donk, di indonesia penyakit ini ditemukan didataran tinggi dan dataran rendah. Gejala penyakit ini mulai berkembang pada fase anakan maksimum, Padi mencapai anakan maksimum pada umur 30-45 hst tergantung varietas. Gejala pertama yaitu terlihat adanya bercak abu-abu kehijauan yang berkembang pada pelepah didekat permukaan air. Bercak tersebut berebentuk oval atau elips dengan bagian tepi tidak teratur. Bercak tersebut berukuran 1 cm dan memanjang 2-3 cm kemudian menyatu, pada bercak tersebut tumbuh miselium jamur yang berwarna putih sampai coklat muda yang selanjutnya terbentuk sclerotium berwarna coklat tua sampai kehitanan. Jika dalam kondisi kelembaban optimal, helaian daun yang bersinggungan akan terinfeksi. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit ini diantaranya, cara budidaya, pemupukan terutama Nitrogen ,suhu, kelembaban dan drainase. Penyakit hawar pelepah dan busuk batang ini berkembang dengan baik pada tanaman padi yang ditanaman dengan jarak tanam rapat, dan juga varietas padi beranakan banyak. 
 

Cara pengendalian

  • Gunakan varietas tahan, beberapa varietas lokal cukup toleran dengan penyakit ini.Sifat toleransi ini adalah kemampuan regenerasi tanaman yang cepat setelah rumpun di serang oleh patogen. Budidaya tanaman sehat, melalui, pemupukan yang berimbang, pengaturan jarak tanam dengan jajar legowo, melakukan pengairan berselang, dan lain-lain sehingga tanaman bisa tumbuh baik, sehat, dan mampu mengatasi penyakit.
  • Sanitasi Lingkungan
    sanitasi bertujuan untuk membersihkan lingkungan pertanaman dari gulma atau tanaman yang tidak dikehendaki. seluruh gulma dibersihkan, dikumpulkan dan dimusnahkan, namun lebih baik jika gulma dijadikan kompos sampai masak sehingga patogen tidak mampu bertahan dan mati.kompos tersebut dapat dikembalikan ke sawah untuk membantu mempertahankan kesuburan tanah. 
     
  • Pengendalian dengan agensi hayati
    Pengandalian dengan Trichoderma sp, merupakan agen antagonis yang efektif, terhadap Rhizoktonia Shonani Kuhn.
  • Penggunaan Pestisida
    Pestisida merupakan alternatif terakhir dalam pengendalian. 
    Langkah pertama dalam penggunaan pestisida adalah dengan melakukan pengamatan petakan. Pengamatan dilakukan intensif pada tanaman padi, untuk penyakit hawar pelepah dan busuk batang pengamatan intensif dilakukan saat tanaman mulai memasuki fase anakan maksimal.
    Jika di temukan gejala penyakit hawar pelepah dan busuk batang, segera aplikasikan pestisida dengan jenis fungisida.
    Kerusakan yang di timbulkan Rhizoctonia solani kuhn, tanaman mudah rebah saat mulai pengisian, karena dalam jaringan tanaman  terdapat sclerotium,
    Kerusakan pada pangkal batang dapat menyebabkan hampanya sebagian bulir padi, karena saat pengisian bulir terganggu sehingga pengisian tidak sempurna, gabah menjadi ringan, dan infeksi yang lambat menyebabkan terjadinya anakan yang lebih kecil dan tidak produktif.
Bersambung

Unggulan

Mengenal Pupuk Beserta Karakter dan Sifatnya

Saat ini pupuk kimia / anorganik yang tersedia lumayan banyak jenisnya, terkadang kita sebagai petani kurang memperhatikan susunan kimianya...