Lalat Penggorok Daun (Liriomyza chinensis Kato)
Hama ini tidak hanya menyerang tanaman bawang merah, tapi juga tanaman hortikultura lainnya seperti sawi, gambas, mentimun, melon dan lain sebagainya.
Lalat ini menyerang tanaman bawang merah dengan cara menusukkan telur pada daun tanaman, dicirikan adanya bintik-bintik putih kecil akibat tusukan ovipasitor lalat betina. Bintik-bintik ini kemudian menjadi garis lurus dan lama-lama akan mengering. Pada serangan berat menyebabkan seluruh helaian daun menjadi kering berwarna coklat, bahkan sampai bagian akar busuk dan mengeluarkan belatung.
Cara pengendaliannya, untuk membasmi lalat gunakan insektisida berbahan aktif imidakloprit dengan dosis 2 sendok makan/25 gram dan 2 liter. Bisa juga gunakan Abamectin dengan dosis 1/2 sendok teh dan 17 liter. Sedangkan untuk membasmi larvanya gunakan insektisida berbahan aktif Abamectin dengan dosis 1/2 sendok teh dan 17 liter.
Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufnagel)
Hama berwarna coklat tua hingga kehitaman pada bagian punggungnya, sedangkan perut berwarna lebih muda, memiliki garis-garis coklat di punggungnya dan berukuran 3,5 cm
Hama ini biasanya menyerang dan memotong leher tanaman berusia 2-3 minggu. Potongan tanaman kemudian dibawa ke dalam tanah. Tanaman yang terserang hama ulat tanah akan layu dan akhirnya mati.
Hama ini biasanya menyerang saat matahari mulai tenggelam antara jam 5 sore hingga 7 malam. Saat siang hari hama ini bersembunyi di dalam tanah karena tidak menyukai cahaya matahari.
Cara pengendalian hama ini yaitu saat persiapan lahan bersihkan tanaman lama dengan cara dibakar dan digenangi air. Gunakan musuh alami Apanteles ruficrus, Metarrihizium sp, dan Botrytis sp. Bisa juga berikan insektisida tabur yang berbahan karbofuron (Furadan, Regent) dengan cara ditaburkan pada tanah bersamaan pemupukan. Gunakan dosis secukupnya.
Ulat Daun (Spodoptera exigua)
Hama ulat daun memiliki ciri-ciri berwarna hijau tua pada saat usia muda dan berwarna coklat tua dan garis-garis putih setelah usianya bertambah dengan ukuran 2,5 cm.
Ulat daun ini menyerang daun yang masih muda maupun yang tua. Gejalanya adalah memiliki ciri timbulnya bercak berwarna putih transparan pada daun. Bercak disebabkan oleh larva yang menggerek bagian dalam daun dan menyisakan lapisan epidermis, sehingga daun tampak menerawang tembus cahaya. Pada serangan yang parah menyebabkan daun-daun mengering bahkan dapat menyerang bagian umbi bawang merah.
Cara pengendalian hama ini yaitu dengan sanitasi lahan, pengaturan jarak tanam dan mengumpulkan kelompok telur pada daun kemudian dimusnahkan secara terbakar. Selain itu, lakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif tunggal Chlorfenapyr dan Flufenoxuron.
Penyakit Bawang Merah
Salah satu penyakit yang banyak menyerang pertanaman bawang merah di lapangan adalah penyakit bercak ungu atau ditingkat petani sering disebut trotol. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Alternaria porii. Cendawan ini menimbulkan gejala melekuk pada daun, berwarna putih atau kelabu. Pada serangan lanjut terdapat bercak-bercak menyerupai cincin, berwarna agak ungu dengan tepi agak merah atau keunguan dan dikelilingi oleh bagian berwarna kuning yang dapat meluas ke atas atau ke bawah bercak dan ujung daunnya mengering.
Ujung daun yang mengering bahkan dapat patah. Pada saat panen atau setelah panen biasanya dapat terjadi infeksi pada umbi, sehingga umbi membusuk dan berair yang bermula dari bagian leher umbi, dan akhirnya umbi berwarna kuning atau merah kecoklatan. Serangan berat mengakibatkan jaringan umbi mengering dan berwarna gelap.
Pengendalian dapat dilakukan dengan pengendalian secara kultur teknis yaitu melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya atau tingkat keinangannya rendah seperti tanaman palawija, menggunakan benih bebas penyakit (berasala dari tanaman sehat, tidak keropos dan tidak terdapat luka pada kulit/terkelupas dan berwarna mengkilap), menjaga lahan tidak tergenang dengan membuat drainase secara baik, melakukan penyiraman untuk pencucian daun setelah hujan untuk menghindari pathogen yang menempel pada daun. Pengendalian secara biologis dapat dilakukan melalui penggunaan pupuk organik dengan penambahan agens hayati Thricoderma sp pada setiap lubang tanam.
Pengendalian secara fisik/mekanis dengan mencabut dan memusnahkan tanaman yang terserang dan melakukan sanitasi melalui pembakaran sisa-sisa tanaman yang sakit.
Dapat dilakukan pengendalian secara kimiawi melalui penyemprotan dengan fungisida yang cukup efektif diantaranya berbahan aktif klorotalonil, mankoseb, promineb dan
Penyakit moler disebabkan oleh jamur patogen Fusarium oxysp. Awalnya penyakit ini memang tidak dianggap serius. Namun penyebarannya mulai meluas dari 2003 hingga 2007. Kini penyakit moler adalah penyakit utama yang sangat berbahaya pada tanaman bawang merah. Serangan penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan hasil yang tidak sedikit bahkan bisa menyebabkan gagal panen.
Peningkatan serangan penyakit moler diduga disebabkan oleh perubahan iklim yang tidak menentu. Selain itu meningkatnya serangan moler juga dapat disebabkan karena kebiasaan petani yang terus menerus menanam bawang merah tanpa pergiliran tanaman, penggunaan bibit yang tidak selektif, menggunakan bibit terinfeksi serta kandungan organik tanah yang rendah.
GEJALA PENYAKIT MOLER
Dimusim Hujan perkembangan jamur fusarium dikarenakan kondisi lingkungan lembab sangat cepat. Penyakit ini menyerang tanaman bawang merah saat umur tanaman 35-45 hari setelah tanam. Jika bibit sudah terinfeksi gejala terlihat pada umur 4-10 hst
Pengendalian Penyakit Moler Secara Teknis
1. Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang untuk memutus siklus hidup Fusarium yang ada di dalam tanah.
2. Pengolahan lahan yang baik, pencangkulan dan penjemuran lahan, serta membersihkan sisa-sisa tanaman sebelumnya.
3. Pengapuran untuk meningkatkan pH tanah. pH tanah rendah adalah kondisi terbaik dan disukai jamur patogen.
4. Drainase yang baik untuk mencegah genangan air hujan.
5. Menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan gulma dan rumput liar agar area tanam tidak terlalu lembab.
6. Selektif memilih benih dengan menggunakan bibit yang sehat dan bebas fusarium.
7. Gunakan pupuk organik plus agens hayati Trichoderma sp. dan Gliocladium sp.
8. Mencabut dan memusnahkan tanaman yang terinfeksi agar tidak menular ke tanaman lain.
Pengendalian Penyakit Moler Secara Kimiawi
1. 5-7 hari sebelum tanam lahan disemprot menggunakan fungisida (bahan aktif azoksistrobin dan difenokonazol).
2. Penyemprotan fungisida dengan interval 5-7 hari sekali, dimulai sejak tanaman umur 10-15 hari setelah tanam.
Aplikasi agens hayati (Trichoderma sp, Glicladium sp, PGPR, Pseudomonas fluorescens dll) sebaiknya tidak dilakukan bersamaan dengan fungisida sintetis kimia. Dikhawatirkan fungisida sintetis dapat mengganggu perkembangan agens hayati sehingga agens hayati tidak berfungsi sebagaimana mestinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar