Hydro

Senin, 12 Oktober 2020

Tata Cara Budidaya Bawang Merah

Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun pada saat-saat tertentu sering mengalami banjir produksi sehingga harganya anjlok. Diperparah lagi dengan kebijakan impor yang diterapkan pemerintah yang seringkali memperparah kejatuhan harga bawang merah di pasaran.

Untuk menghindari fluktuasi harga yang sangat merugikan petani, perlu upaya untuk melakukan budidaya bawang merah diluar musim. Seiring dengan pembatasan kegiatan budidaya di musim-musim puncak.

Budidaya bawang merah memerlukan penyinaran matahari lebih dari 12 jam sehari. Tanaman ini cocok dibudidayakan di dataran rendah dengan ketinggian 0 hingga 900 meter dari permukaan laut. Suhu optimum untuk perkembangan tanaman bawang merah berkisar 25-32 derajat celcius. Sedangkan keasaman tanah yang dikehendaki sekitar pH 5,6-7.

Langkah Budidaya Bawang Merah

Pengolahan tanah dan penanaman

Tanah dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 meter, tinggi 20-30 cm dan panjang sesusai dengan kondisi kebun. Jarak antar bedengan 50 cm, sekaligus dijadikan parit sedalam 50 cm. Cangkul bedengan sedalam 20 cm, gemburkan tanahnya. Bentuk permukaan atau bagian atas bedengan rata, tidak melengkung.

Tambahkan kapur atau dolomit sebanyak 1-1,5 ton per hektar apabila keasaman tanah kurang dari pH 5,6. Penambahan kapur setidaknya diberikan 2 minggu sebelum tanam.

Gunakan 15-20 pupuk kompos atau pupuk kandang sebagai pupuk dasar. Tebarkan pupuk di atas bedengan dan aduk dengan tanah hingga merata. Bisa juga ditambahkan urea, ZA, SP-36 dan KCL sebanyak 47 kg, 100 kg, 311 kg dan 56 kg setiap hektarnya. Campur pupuk buatan tersebut sebelum diaplikasikan. Biarkan selama satu minggu sebelum bedengan ditanami.

Pengolahan tanah dan penanaman

Tanah dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 meter, tinggi 20-30 cm dan panjang sesusai dengan kondisi kebun. Jarak antar bedengan 50 cm, sekaligus dijadikan parit sedalam 50 cm. Cangkul bedengan sedalam 20 cm, gemburkan tanahnya. Bentuk permukaan atau bagian atas bedengan rata, tidak melengkung.

Tambahkan kapur atau dolomit sebanyak 1-1,5 ton per hektar apabila keasaman tanah kurang dari pH 5,6. Penambahan kapur setidaknya diberikan 2 minggu sebelum tanam.

Gunakan 15-20 pupuk kompos atau pupuk kandang sebagai pupuk dasar. Tebarkan pupuk di atas bedengan dan aduk dengan tanah hingga merata. Bisa juga ditambahkan urea, ZA, SP-36 dan KCL sebanyak 47 kg, 100 kg, 311 kg dan 56 kg setiap hektarnya. Campur pupuk buatan tersebut sebelum diaplikasikan. Biarkan selama satu minggu sebelum bedengan ditanami.

Perawatan

Penyiraman pada budidaya bawang merah hendaknya dilakukan sehari dua kali setiap pagi dan sore. Setidaknya hingga tanaman berumur 10 hari. Setelah itu, frekuensi penyiraman bisa dikurangi hingga satu hari sekali.

Pemupukan susulan diberikan setelah tanaman bawang merah berumur 2 minggu. Jenis pupuk terdiri dari campuran urea, ZA, dan KCl yang diaduk rata. Komposisi masing-masing pupuk sebanyak 93 kg, 200 kg dan 112 kg untuk setiap hektarnya. Pemupukan susulan selanjutnya diberikan pada minggu ke-5 dengan komposisi urea, ZA, KCl sebanyak 47 kg, 100 kg, 56 kg per hektar. Pemupukan diberikan dengan membuat garitan disamping tanaman.

Gunakan pupuk silika untuk membuat kokoh tanaman diawal, dan digunakan diakhir untuk meningkatkan Daya simpan.

Penyiangan gulma biasanya dilakukan sebanyak dua kali dalam satu musim tanam. Untuk menghemat biaya, lakukan penyiangan bersamaan dengan pemberian pupuk susulan. Namun apabila serangan gulma menghebat, segera lakukan penyiangan tanpa menunggu pemberian pupuk susulan.

Pengendalian hama dan penyakit

Budidaya bawang merah mempunyai banyak jenis hama dan penyakit. Namun yang paling sering menyerang di sentra-sentra produksi adalah hama ulat dan penyakit layu.

Hama ulat (Spodoptera sp.) menyerang daun, gejalanya terlihat bercak putih pada daun. Bila daun diteropong terlihat seperti gigitan ulat. Hama ini ditanggulangi dengan pemungutan manual, ulat dan telur diambil untuk dimusnahkan. Bisa juga dengan menggunakan feromon sex perangkap, gunakan sebanyak 40 buah per hektar. Bila serangan menghebat, kerusakan lebih dari 5% per rumpun daun, semprot dengan insektisida yang berbahan aktif klorfirifos.

Penyakit layu fusarium, disebabkan oleh cendawan. Gejalanya daun menguning dan seperti terpilin. Bagian pangkal batang membusuk. Penanganannya dengan mencabut tanaman yang mati kemudian membakarnya. Penyemprotan bisa menggunakan fungsidia.

ah siap panen apabila 60-70% daun sudah mulai rebah. Atau, lakukan pemeriksaan umbi secara acak. Khusus untuk pembenihan umbi, tingkat kerebahan harus mencapai lebih dari 90%.

Budidaya bawang merah biasanya sudah bisa dipanen setelah 55-70 hari sejak tanam. Produktivitas bawang merah dangat bervariasi tergantung dari kondisi lahan, iklim, cuaca dan varietas. Di Indonesia, produktivitas budidaya bawang merah berkisar 3-12 ton per hektar dengan rata-rata nasional 9,47 ton per hektar.

Umbi bawang merah yang telah dipanen harus dikeringkan terlebih dahulu. Penjemuran penjemuran bisa berlangsung hingga 7-14 hari. Pembalikan dilakuan setiap 2-3 hari. Bawang yang telah kering, kadar air 85%, siap untuk disimpan atau dipasarkan.

Untuk Penyakit Dan Hama telah kita bahas di postingan sebelnya.

Kamis, 08 Oktober 2020

Hama Lalat Buah Pada Bawang Merah Dan Penyakitnya

Lalat Penggorok Daun (Liriomyza chinensis Kato)

Hama ini tidak hanya menyerang tanaman bawang merah, tapi juga tanaman hortikultura lainnya seperti sawi, gambas, mentimun, melon dan lain sebagainya.

Lalat ini menyerang tanaman bawang merah dengan cara menusukkan telur pada daun tanaman, dicirikan adanya bintik-bintik putih kecil akibat tusukan ovipasitor lalat betina. Bintik-bintik ini kemudian menjadi garis lurus dan lama-lama akan mengering. Pada serangan berat menyebabkan seluruh helaian daun menjadi kering berwarna coklat, bahkan sampai bagian akar busuk dan mengeluarkan belatung.

Cara pengendaliannya, untuk membasmi lalat gunakan insektisida berbahan aktif imidakloprit dengan dosis 2 sendok makan/25 gram dan 2 liter. Bisa juga gunakan Abamectin dengan dosis 1/2 sendok teh dan 17 liter. Sedangkan untuk membasmi larvanya gunakan insektisida berbahan aktif Abamectin dengan dosis 1/2 sendok teh dan 17 liter.


Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufnagel)

Hama berwarna coklat tua hingga kehitaman pada bagian punggungnya, sedangkan perut berwarna lebih muda, memiliki garis-garis coklat di punggungnya dan berukuran 3,5 cm

Hama ini biasanya menyerang dan memotong leher tanaman berusia 2-3 minggu. Potongan tanaman kemudian dibawa ke dalam tanah. Tanaman yang terserang hama ulat tanah akan layu dan akhirnya mati.

Hama ini biasanya menyerang saat matahari mulai tenggelam antara jam 5 sore hingga 7 malam. Saat siang hari hama ini bersembunyi di dalam tanah karena tidak menyukai cahaya matahari.

Cara pengendalian hama ini yaitu saat persiapan lahan bersihkan tanaman lama dengan cara dibakar dan digenangi air. Gunakan musuh alami Apanteles ruficrus, Metarrihizium sp, dan Botrytis sp. Bisa juga berikan insektisida tabur yang berbahan karbofuron (Furadan, Regent) dengan cara ditaburkan pada tanah bersamaan pemupukan. Gunakan dosis secukupnya.

Ulat Daun (Spodoptera exigua)

Hama ulat daun memiliki ciri-ciri berwarna hijau tua pada saat usia muda dan berwarna coklat tua dan garis-garis putih setelah usianya bertambah dengan ukuran 2,5 cm.

Ulat daun ini menyerang daun yang masih muda maupun yang tua. Gejalanya adalah memiliki ciri timbulnya bercak berwarna putih transparan pada daun. Bercak disebabkan oleh larva yang menggerek bagian dalam daun dan menyisakan lapisan epidermis, sehingga daun tampak menerawang tembus cahaya. Pada serangan yang parah menyebabkan daun-daun mengering bahkan dapat menyerang bagian umbi bawang merah.

Cara pengendalian hama ini yaitu dengan sanitasi lahan, pengaturan jarak tanam dan mengumpulkan kelompok telur pada daun kemudian dimusnahkan secara terbakar. Selain itu, lakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif tunggal Chlorfenapyr dan Flufenoxuron.


Penyakit Bawang Merah


Salah satu penyakit yang banyak menyerang pertanaman bawang merah di lapangan adalah penyakit bercak ungu atau ditingkat petani sering disebut trotol. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Alternaria porii. Cendawan ini menimbulkan gejala melekuk pada daun, berwarna putih atau kelabu. Pada serangan lanjut terdapat bercak-bercak menyerupai cincin, berwarna agak ungu dengan tepi agak merah atau keunguan dan dikelilingi oleh bagian berwarna kuning yang dapat meluas ke atas atau ke bawah bercak dan ujung daunnya mengering.


 


Ujung daun yang mengering bahkan dapat patah. Pada saat panen atau setelah panen biasanya dapat terjadi infeksi pada umbi, sehingga umbi membusuk dan berair yang bermula dari bagian leher umbi, dan akhirnya umbi berwarna kuning atau merah kecoklatan. Serangan berat mengakibatkan jaringan umbi mengering dan berwarna gelap. 


Pengendalian dapat dilakukan dengan pengendalian secara kultur teknis yaitu melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya atau tingkat keinangannya rendah seperti tanaman palawija, menggunakan benih bebas penyakit (berasala dari tanaman sehat, tidak keropos dan tidak terdapat luka pada kulit/terkelupas dan berwarna mengkilap), menjaga lahan tidak tergenang dengan membuat drainase secara baik, melakukan penyiraman untuk pencucian daun setelah hujan untuk menghindari pathogen yang menempel pada daun. Pengendalian secara biologis dapat dilakukan melalui penggunaan pupuk organik dengan penambahan agens hayati Thricoderma sp pada setiap lubang tanam.


 


Pengendalian secara fisik/mekanis dengan mencabut dan memusnahkan tanaman yang terserang dan melakukan sanitasi melalui pembakaran sisa-sisa tanaman yang sakit.


 


Dapat dilakukan pengendalian secara kimiawi melalui penyemprotan dengan fungisida yang cukup efektif diantaranya berbahan aktif klorotalonil, mankoseb, promineb dan 


Penyakit moler disebabkan oleh jamur patogen Fusarium oxysp. Awalnya penyakit ini memang tidak dianggap serius. Namun penyebarannya mulai meluas dari 2003 hingga 2007. Kini penyakit moler adalah penyakit utama yang sangat berbahaya pada tanaman bawang merah. Serangan penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan hasil yang tidak sedikit bahkan bisa menyebabkan gagal panen.


Peningkatan serangan penyakit moler diduga disebabkan oleh perubahan iklim yang tidak menentu. Selain itu meningkatnya serangan moler juga dapat disebabkan karena kebiasaan petani yang terus menerus menanam bawang merah tanpa pergiliran tanaman, penggunaan bibit yang tidak selektif, menggunakan bibit terinfeksi serta kandungan organik tanah yang rendah.


 


GEJALA PENYAKIT MOLER


Dimusim Hujan perkembangan jamur fusarium dikarenakan kondisi lingkungan lembab sangat cepat. Penyakit ini menyerang tanaman bawang merah saat umur tanaman 35-45 hari setelah tanam. Jika bibit sudah terinfeksi gejala terlihat pada umur 4-10 hst


Pengendalian Penyakit Moler Secara Teknis


1. Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang untuk memutus siklus hidup Fusarium yang ada di dalam tanah.


2. Pengolahan lahan yang baik, pencangkulan dan penjemuran lahan, serta membersihkan sisa-sisa tanaman sebelumnya.


3. Pengapuran untuk meningkatkan pH tanah. pH tanah rendah adalah kondisi terbaik dan disukai jamur patogen.


4. Drainase yang baik untuk mencegah genangan air hujan.


5. Menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan gulma dan rumput liar agar area tanam tidak terlalu lembab.


6. Selektif memilih benih dengan menggunakan bibit yang sehat dan bebas fusarium.


7. Gunakan pupuk organik plus agens hayati Trichoderma sp. dan Gliocladium sp.


8. Mencabut dan memusnahkan tanaman yang terinfeksi agar tidak menular ke tanaman lain.


 


Pengendalian Penyakit Moler Secara Kimiawi


1. 5-7 hari sebelum tanam lahan disemprot menggunakan fungisida (bahan aktif azoksistrobin dan difenokonazol).


2. Penyemprotan fungisida dengan interval 5-7 hari sekali, dimulai sejak tanaman umur 10-15 hari setelah tanam.


Aplikasi agens hayati (Trichoderma sp, Glicladium sp, PGPR, Pseudomonas fluorescens dll) sebaiknya tidak dilakukan bersamaan dengan fungisida sintetis kimia. Dikhawatirkan fungisida sintetis dapat mengganggu perkembangan agens hayati sehingga agens hayati tidak berfungsi sebagaimana mestinya

Jumat, 18 September 2020

Cara Kerja Bahan Aktif

Klasifikasi dan deskripsi insektisida berdasarkan mode of action menurut IRAC
 

Kode Golongan Sasaran Cara kerja Deskripsi
1 1 A Karbamat

1B Organofosfat
Saraf dan otot Menghambat asetilkolin Menghambat AChE (acetylcholinesterase)menyebabkan hyperexcitation, AChE adalah enzim yang mengakhiri aksi rangsang neurotransmiter asetilkolin pada sinapsis saraf.
2 1A (Siklodin organoklorin) 2 B (Fenilfirazol) Saraf dan otot Antagonis GABA (gamma-aminobutyric acid) pada sistem saraf Memblokir saluran klorida aktivasi GABA menyebabkan hyperexcitation dan kejang-kejang. GABA adalah neurotransmiter inhibisi utama pada serangga
3 3A (Piretroid dan   Piretrin) 3 B (DDT dan Metoksiklor) Saraf dan otot Menngganggu aliran Na+ dalam sel saraf Menyebabkan saluran natrium selalu terbuka, sehingga pada beberapa kasus menyebabkan reaksi berlebihan oleh saraf. Saluran natrium terlibat dalam penyebaran info potensial di sepanjang akson saraf.
4 4A (Neonikotinoid) 4B (Nikotin) Saraf dan otot Menyerang sistem syaraf (spesifik pada nAChR) Meniru tindakan agonis asetilkolin di nAChRs, menyebabkan hyperexcitation Asetilkolin adalah neurotransmitter utama dalam sistem saraf serangga pusat.
5 Spinosin Saraf dan otot Menyerang sistem syaraf (neurotransmiter) Allosterically mengaktifkan nAChRs, menyebabkan hyperexcitation dari sistem saraf
6 vermektin
dan
Milbemisin
Saraf dan otot Menghambat fungsi GABA pada saluran utama klorida Allosterically mengaktifkan saluran utama klorida glutamat (GluCls), menyebabkan kelumpuhan. Glutamat adalah Glutamat adalah penting dalam serangga
7 7a ZPT
7B Fenoksikarb
7C Piriproksifen
Pertumbuhan dan Perkembangan
Memanipulasi dengan meniru hormon juvenil. Diterapkan di pra-metamorfik instar. Senyawa ini mengganggu dan mencegah metamorfosis
8 8A (Alkil Halida)
8B (Klooropikrin) 8C (Sulfuril flourid)
8D (Boraks)
8E (Tartar emetik)
Belum Diketahui
Menghambat pembentukan sel
Menghambat pembentukan sel, hanya mekanismnya belum diketehui
9 9B (Pimetrozin)
9C (Flonikamid)
Saraf dan otot Merusak proses pencernaan pada Ordo Homoptera Menyebabkan Penghambatan makan, selektif pada hama putih dan kutu daun
10 10A (Klofentesin, Heksitiazok, Diflovidazin)
10B (Etoksazol)
Pertumbuhan dan Perkembangan
Menghambat pertumbuhan Tungau
Menghambat pertumbuhan Tungau
11 Bacillus thuringiensis
atau
Bacillus sphaericus
Saluran pencernaan
Mikroba perusak membran pada saluran pencernaan bagian tengah (midgut) serangga Racun protein yang mengikat pada reseptor pada membran saluran pencernaan tengah dan mendorong pembentukan pori-pori mengakibatkan ketidakseimbangan ion dan septicaemia
 
Klasifikasi dan deskripsi insektisida berdasarkan mode of action menurut IRAC Lanjutan
Kode Golongan Sasaran Cara kerja Deskripsi
12 12A (Diafentiuron) 12B (Organotin mitisid)
12C (Propargit) 12D (Tetradifon)
Respirasi Menghambat sintesis ATP
Menghambat enzim yang mensintesis ATP pada mitikondria
13 Klorfenapir, DNOC, Sulfuramid Respirasi Menghambat fosforilasi oksidatif untuk pembentukan energi Gangguan pada gradien proton, sirkuit gradien proton (disebut : protonofores) yang pendek pada mitokondria sehingga ATP tidak dapat disintesis
14 Nereistoksin analog Saraf dan Otot
Memblok saluran pada nAChR Memblokir saluran ion nAChR, sehingga blok sistem saraf dan kelumpuhan. Asetilkolin adalah excitatory neurotransmitter (penghubung) utama dalam sistem saraf serangga pusat.
15 Benzoilurea Pertumbuhan dan perkembangan Menghambat biosintesis kitin Menghambat biosintesis kitin
16 Buprofezin Pertumbuhan dan perkembangan Menghambat biosintesis kitin Menghambat biosintesis kitin pada beberapa serangga khususnya kutu putih
17 Siromazin Pertumbuhan dan perkembangan Mengganggu proses moulting (pergantian kulit) Merontokkan kutikula saat proses pergantian kulit serangga
18 Diasilhidrazin Pertumbuhan dan perkembangan Mengaktivasi hormon ekdison Meniru hormon ganti kulit (ekdison) menginduksi kutikula serangga dewasa agar rontok sebelum waktunya
19 Amitras Saraf dan Otot
Mengaktifkan reseptor oktopamin Mengaktifkan reseptor oktopamin, mengarah ke hyperexcitation (rekasi saraf berlebihan Oktopamin adalah hormon pada serangga yang menyerupai adrenalin, seperti neurohormon untuk pertahanan diri atau untuk terbang.
20 20 A (Hidrametilnon)
2B (Asequinosil)
2C (Fluacipirim)
Respirasi Menghambat transpor elektron pada mitokondria (tipe III)
Menghambat transpor elektron pada mitokondria sehingga mencegah pemanfaatan energi oleh sel.
21 21 A (METI akarisida dan Insektisida)
21 B (Rotenon)
Respirasi Menghambat transpor elektron pada mitokondria (tipe I) Menghambat transpor elektron pada mitokondria sehingga mencegah pemanfaatan energi oleh sel
22 22 A (Indoksakarb)
22 B (Metaflumizon)
Saraf dan Otot
Memblokir saluran Natrium Na+
Memblokir saluran natrium, menyebabkan pemadaman sistem saraf dan kelumpuhan. Saluran Natrium yang terlibat dalam penyebaran potensial aksi di sepanjang akson saraf
 
Klasifikasi dan deskripsi insektisida berdasarkan mode of action menurut IRAC Lanjutan
 
Kode Golongan Sasaran Cara kerja Deskripsi
23 Asam Teronik
dan Asam Tetramik
Pertumbuhan dan perkembangan
Menghambat asetil koenzim A karboksilase
Menghambat kerja asetil koenzim A karboksilase untuk mensintesis lipid yang merupakan langkah pertama dalam biosintesis lipid, sehingga menyebabkan kematian serangga.
24 24 A fosfin
24 B Sianida
Respirasi Menghambat transpot elektron pada mitokondria (tipe IV) Menghambat transpor elektron pada mitokondria sehingga mencegah pemanfaatan energi oleh sel.
25 Turunan Beta-ketronitil
Respirasi Menghambat transpor elektron pada mitokondria (tipe II) Menghambat transpor elektron pada mitokondria sehingga mencegah pemanfaatan energi oleh sel
28 Diamida Saraf dan otot
Mengaktifkan reseptor rianodin
Aktifnya otot reseptor rianodin, menyebabkan kontraksi dan kelumpuhan. Reseptor rianodin berperan melepaskan kalsium ke dalam sitoplasma dari sel intraseluler.
un
Zadiraktin, Benzoksimat, Bifenazat, Bromopropilat, Khinometionat, Kriolit, Dikofol, Piridalil, Pirifluquinazon Belum diketahui Belum diketahui Belum diketahui
 
Klasifikasi dan deskripsi fungisida berdasarkan mode of action menurut IRAC
 

Kode Sasaran Cara Kerja Deskripsi

M1

Kontak pada banyak target

Kontak
dan banyak Target
Umumnya dianggap sebagai kelompok fungisida
dengan resiko rendah tanpa ada tanda-tanda
resistensi. Tidak Ada resistensi silang antara
anggota kelompok M1 sampai M9

M2

Kontak pada banyak target

Kontak
dan banyak Target
Umumnya dianggap sebagai kelompok fungisida
dengan resiko rendah tanpa ada tanda-tanda
resistensi. Tidak Ada resistensi silang antara
anggota kelompok M1 sampai M9

M3

Kontak pada banyak target

Kontak
dan banyak Target
Umumnya dianggap sebagai kelompok fungisida
dengan resiko rendah tanpa ada tanda-tanda
resistensi. Tidak Ada resistensi silang antara
anggota kelompok M1 sampai M9

M4

Kontak pada banyak target

Kontak
dan banyak Target
Umumnya dianggap sebagai kelompok fungisida
dengan resiko rendah tanpa ada tanda-tanda
resistensi. Tidak Ada resistensi silang antara
anggota kelompok M1 sampai M9

M5

Kontak pada banyak target

Kontak
dan banyak Target
Umumnya dianggap sebagai kelompok fungisida
dengan resiko rendah tanpa ada tanda-tanda
resistensi. Tidak Ada resistensi silang antara
anggota kelompok M1 sampai M9

M6

Kontak pada banyak target

Kontak
dan banyak Target
Umumnya dianggap sebagai kelompok fungisida
dengan resiko rendah tanpa ada tanda-tanda
resistensi. Tidak Ada resistensi silang antara
anggota kelompok M1 sampai M9

M7

Kontak pada banyak target

Kontak
dan banyak Target
Umumnya dianggap sebagai kelompok fungisida
dengan resiko rendah tanpa ada tanda-tanda
resistensi. Tidak Ada resistensi silang antara
anggota kelompok M1 sampai M9

M8

Kontak pada banyak target

Kontak
dan banyak Target
Umumnya dianggap sebagai kelompok fungisida
dengan resiko rendah tanpa ada tanda-tanda
resistensi. Tidak Ada resistensi silang antara
anggota kelompok M1 sampai M9

M9

Kontak pada banyak target

Kontak
dan banyak Target
Umumnya dianggap sebagai kelompok fungisida
dengan resiko rendah tanpa ada tanda-tanda
resistensi. Tidak Ada resistensi silang antara
anggota kelompok M1 sampai M9
 
Klasifikasi dan deskripsi fungisida berdasarkan mode of action menurut IRAC Lanjutan
Kode Golongan Sasaran Cara kerja Deskripsi
1 Benzimidazol
Tiofanat
Mengganggu mitosis dan pembelahan sel
Fase mitosis (β-tubulin) Resistensi pada beberapa spesies jamur. Beberapa mutasi target, sebagian besar pada gen kode E198A/G/K, F200Y di β-tubulin gen. Mempunyai resistensi silang antara kelompok yang sama, tetapi tidak memiliki resistensi silang pada N-Fenil Karbamat Memiliki risiko tinggi
2 Dikarboksimid Mengganggu signal transduksi enzim Transduksi sinyal
Resistensi umumnya pada spesies cendawan Botrytis dan beberapa patogen lainnya. Resistensi silang umumnya antara anggota kelompok. Memiliki risiko sedang sampai tinggi.
3 Piperazin Piridin Pirimidin Imidazol Triazol Mengganggu sterol biosintesis pada membran Biosintesis sterol di membran (demetilase)
Ada perbedaan besar dalam spektrum aktivitas fungisida. Resistensi diketahui pada beberapa spesies cendawan. Beberapa mekanisme resistensi yang diketahui meliputi target mutasi pada genn cyp51 (ERG 11), misalnya V136A, Y137F, A379G, I381V; cyp51 promotor, transporter ABC dan lain-lain. Resistensi silang antara fungisida kelompok ini aktif terhadap jamur yang sama. Fungisida DMI adalah inhibitor biosintesis sterol, tetapi tidak menunjukkan resistensi silang untuk kelas inhibitor lainnya. Memiliki risiko sedang.
4 Asillalani Oksazolidinon Butirolakton
Mengganggu nukleus asam nukleat
Sintesisasam nukleus polimerase
Perlawanan dan resistensi silang diketahui di berbagai jenis cendawan Oomycetes tetapi belum diketahui mekanismenya. Memiliki risiko tinggi.
5 Morfolin Piperidin Spiroketal-amin
Mengganggu biosintessis pada membran
Sintesis membran dan Lipid (fosfolifid biosintesis)
Menyebabkan penurunan sensitivitas pada cendawan embun tepung. Resistensi silang dalam kelompok umumnya ditemukan tetapi tidak untuk kelompok Inhibitor Biosintesis Sterol lainnya. Berisiko sedang sampai rendah.
 
Klasifikasi dan deskripsi fungisida berdasarkan mode of action menurut IRAC Lanjutan
 
 
 
 
 

Rabu, 16 September 2020

Deskripsi Padi IR 36; CISADANE dan IR 42

 Sumber Diambil Dari 

Deskripsi Varietas Padi

Balai Besar Penelitin Tanaman Padi

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 

Departemen Pertanian  

 

 PADI SAWAH IR36   

 Nomor seleksi                         : IR2071-625-1-252

 Asal persilangan                     : IR1561-228//4

                                                 *IR24/O. nivara///CR94-13

 Golongan                                 : Cere, kadang-kadang berbulu

 Umur tanaman                         : 110 - 120 hari

 Bentuk tanaman                       : Tegak

 Tinggi tanaman                         : 70 - 80 cm

Anakan produktif                       : 14 - 19 batang

Warna kaki                                : Hijau

Warna batang                           : Hijau muda

Warna telinga daun                   : Tidak berwarna

Warna lidah daun                      : Tidak berwarna

Warna daun                              : Hijau

Muka daun                                : Kasar

Posisi daun                               : Tegak

Daun bendera                           : Tegak

Bentuk gabah                            : Agak panjang-ramping

Warna gabah                             : Kuning bersih, ujung gabah sewarna

Kerontokan                                : Mudah rontok

Kerebahan                                 : Tahan

Tekstur nasi                                : Pera

Kadar amilosa                            : 25%

Indeks Glikemik                          : 45

Bobot 1000 butir                         : 24 g

Rata-rata hasil                            : 4,5 t/ha

Potensi hasil                               : 5,8 t/ha

Ketahanan terhadap

Hama Penyakit :                                 Tahan wereng coklat biotipe 1, 2

                                        Tahan wereng hijau

                                        Tahan terhadap virus kerdil rumput dan

hawar daun bakteri

                                        Cukup tahan terhadap blas

                                        Agak rentan terhadap hawar pelepah daun

                                                               dan bakteri daun bergaris

                               Pemulia : Introduksi dari IRRI

Dilepas tahun                             : 1978

 

___________________________________________________________________________

 CISADANE

 Nomor seleksi                         : B2484B-PN-28-3-MR-1

 Asal persilangan                     : Pelita I-1/B2388

Golongan                                 : Cere, kadang-kadang berbulu

Umur tanaman                         : 135 - 140 hari 

Bentuk tanaman                       : Tegak

Tinggi tanaman                         : 105 - 120 cm 

Anakan produktif                       : 15 - 20 batang 

Warna kaki                                : Hijau

Warna batang                            : Hijau  

Warna telinga daun                   : Tidak berwarna 

Warna lidah daun                      : Tidak berwarna 

Warna daun                               : Hijau  

Muka daun                                 : Kasar 

Posisi daun                                : Tegak 

Daun bendera                            : Miring sampai mendatar 

Bentuk gabah                             : Gemuk

Warna gabah                              : Kuning bersih, ujung gabah sewarna

Kerontokan                                 : Sedang 

Kerebahan                                  : Agak tahan 

Tekstur nasi                                 : Pulen

Kadar amilosa                             : 20%

Indeks glikemik                            : 68 

Bobot 1000 butir                          : 29 gr 

Rata-rata hasil                             : 5,0 t/ha 

Potensi hasil                                 : 7,0 t/ha

Ketahanan terhadap : 

  •  Tahan wereng coklat biotipe 1 dan 2
  •  Rentan terhadap wereng coklat biotipe 3

Hama Penyakit : 

  • Tahan terhadap hawar daun bakteri
  • Rentan terhadap blas dan hawar pelepah 
  • Rentan terhadap virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput   

 Pemulia                                     : Z. Harahap dan Adiyono P

Dilepas Tahun                            : 1980

 

Unggulan

Mengenal Pupuk Beserta Karakter dan Sifatnya

Saat ini pupuk kimia / anorganik yang tersedia lumayan banyak jenisnya, terkadang kita sebagai petani kurang memperhatikan susunan kimianya...